Yogyakarta –
Area gading Plengkung akan ditutup oleh Sultan Jogja. Berikut ini adalah fakta menarik tentang bangunan bersejarah.
Plengkung Gading adalah salah satu pintu untuk memasuki area Istana Jogja. Lokasi di selatan Kidul Jogja Square.
Menurut laporan, Sultan Jogja akan ditutup oleh Plengkung Gading, karena ia ingin mengorganisir -sebagai dasar dari rekomendasi UNESCO terkait dengan sumbu filosofis Jogja.
Bangunan bersejarah ini tampaknya merupakan fakta menarik, termasuk pertanyaan tentang mitos jogja sultan agar tidak menyeberang dalam gading plenggung. Lokasi Gading Plengkung
Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya berada di Jalan Gading Nomor 7, Panembahan, Distrik Kraton, Kota Jogja. Bangunan putih ini memiliki kesan lama, jadi sangat mudah dikenali.
Bangunan ini adalah salah satu pintu atau pintu untuk memasuki area Istana Jogja. Banyak wisatawan di sini untuk mengambil gambar atau hanya berjalan. Filsafat Gading Plengkung
Plengkung Gading, yang memiliki nama asli Plengkung Nirbaya, memiliki arti denominasi. Nirbaya berasal dari dua kata, yaitu, “nir” yang tidak berarti, dan kata “baya” yang berarti bahaya.
Jika digabungkan, artinya adalah tidak ada bahaya yang mengancam. Disebut gading plengkung karena plengkung atau pintu ini ada di jalan gading.3. Dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono dan
Plengkung Gading dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792). Ada tangga di bagian atas gading plengkung yang digunakan oleh tentara istana sebagai penjaga.
Dari puncak gedung Plengkung ini, para prajurit akan mengawasi situasi atau situasi di luar Palau de Jogja. Di Plengkung ada parit yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan musuh.
Ukuran parit memiliki lebar 10 meter dan kedalaman 3 meter. Tetapi pada tahun 1935 parit telah dihapus dan sekarang menjadi jalan. 4. Ingin dihancurkan tetapi tidak demikian
Pada tahun 1935, Dienst Oudheidkundige (OD) atau Layanan Arkeologi yang disebut Dr. F.D.K. Bosch berupaya membangun kembali bangunan bersejarah di Jogja dan Java Central.
Dia kemudian berkomunikasi dengan Gubernur Jogja, Johannes Bijeveld dan Patio Danurejo untuk menyelamatkan Plengkung di sekitar istana.
Dalam surat 2 Maret 1935, ia menyarankan bahwa Plengkung Nirbaya dan Tarunasura tidak akan dihancurkan sebagai Plengkung Jagasura Ngasem dan Jagabaya di barat Tamanansari.
Bijlveld kemudian menanggapi dan dikirim ke Patio Danurejo VIII pada 13 Maret 1935. Akhirnya, pintu tidak dibongkar. Sultan Jogja tidak boleh melintasi gading plengkung
Plengkung Gading memiliki mitos yang masih mempercayai banyak orang. Salah satu dari mereka, sultan Jogja, yang masih memerintah di istana, tidak diizinkan untuk melewati gading plengkung.
Alasannya adalah karena Plengkung Gading hanya digunakan sebagai tempat untuk membawa tubuh Sultan ketika dia ingin dimakamkan di makam raja -raja Imogiri. Dengan kata lain, sultan yang berkuasa hanya bisa melewati gading plengkung ketika dia meninggal.
Sementara itu, orang normal masih diizinkan melalui plengkung ini. Namun, ketika ada tubuh normal di dekat Plengkung, tubuh harus diambil di sekitar Plengkung agar tidak melewati lorong.
Mitos lain yang dipercayakan kepada Plengkung Gading adalah bahwa ia dapat menetralkan sihir hitam. Ketika seseorang melewati gading Plengkung, maka atau tanpa disadari, orang -orang yang memiliki sihir hitam akan kehilangan kekuatan supernatural mereka. Lihatlah video “Video: Plengkung Gading dan Square Kidul ingin ditutup, apa sultan jogja?” (WSW/WSW)