Jakarta –
Masyarakat Korea Selatan terkejut dengan kematian tragis seorang anak berusia 7 tahun. Seorang gadis kecil bernama Kim Ha-Neul ditikam oleh seorang guru di sebuah sekolah dasar di Korea South Avenue.
Insiden ini menggarisbawahi kurangnya manajemen kesehatan mental yang sistematis dan perlindungan hukum oleh pendidik Korea Selatan.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa sebelum insiden itu, guru menunjukkan depresi dan perilaku agresif kepada guru lain. Ini telah memicu spekulasi bahwa masalah kesehatan mentalnya dapat menyebabkan serangan.
Namun, para ahli memperingatkan agar tidak terburu -buru menggunakan depresi sebagai motivasi utama untuk tragedi tersebut. Karena, itu dapat menyebabkan stigma di antara pasien dengan masalah mental dan juga dapat menjadi penjahat.
Menurut beberapa sumber di departemen pendidikan, tidak ada ketentuan atau tindakan hukum yang dapat melibatkan kesehatan mental guru. Bahkan, selama proses perekrutan atau selama masa jabatannya, tanda -tanda peringatan mungkin muncul.
Menurut The Korea Times, ia menikam siswa tahun pertama di Dadu untuk memiliki waktu untuk mengambil cuti enam bulan untuk depresi pada Desember 2024. Namun, guru tiba -tiba kembali bekerja hanya 20 hari setelah mengajukan diagnosis rumah sakit.
Menurut ketentuan cuti dan rehabilitasi guru dan peraturan pegawai negeri nasional, guru yang mengambil cuti hanya dapat kembali bekerja dengan menyerahkan sertifikat dokter tanpa pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah itu, guru dilaporkan menunjukkan perilaku kasar kepada rekan -rekannya. Selain itu, ia merusak komputer sekolah sehari sebelum insiden dan mengeluh tentang laju akses yang lambat ke portal kantor pendidikan.
Sekolah itu juga melaporkan insiden itu ke Kantor Pendidikan Kota Metropolitan. Inspektur datang ke sekolah dan hanya merekomendasikan tindakan pemisahan.
Namun, karena penolakan guru dan sekolah, tindakan langsung atau investigasi tidak dilakukan secara optimal. Sampai akhir, tragedi itu terjadi.
Profesor Psikiatri di Fakultas Kedokteran Universitas Kyung Hee di Paik Jong-Woo menyatakan kekecewaan karena kurangnya tindakan. Selain itu, laporan dan investigasi tentang kekerasan guru telah dilakukan.
“Saya yakin jika seorang psikiater yang memenuhi syarat terlibat dan penilaian kesehatan mental yang tepat telah dilakukan, apakah hasilnya bisa berbeda atau tragedi dapat dicegah akan memiliki penyesalan yang mendalam,” katanya. Video Layanan Kesehatan Mental ”(SAO/KNA)