Jakarta –
Pusat Budha Indonesia Wihara Ekayana Arama, Jakarta, merayakan perayaan Katina 2568 TB/2024 pada Minggu (20/10/2024). Diperkirakan 5.000 umat Buddha menghadiri dan berpartisipasi secara khidmat dalam rangkaian acara penting ini.
Perayaan Katina dihadiri oleh 54 biksu dan biksuni anggota Sangha Agung Indonesia yang mengakhiri musim hujan di bulan bakti, dimana mereka berdiam diri untuk belajar, menelaah ajaran Buddha dan mendalami amalan spiritual selama tiga tahun. bulan.
Perayaan ini merupakan saat yang penting untuk menghormati dedikasi dan usaha mereka dalam menjalankan ibadah ini. Selain itu, juga menjadi insentif bagi umat Buddha untuk mensyukuri pelajaran berharga yang diberikan oleh para biksu dan biksuni untuk mempererat tali silaturahmi dengan semangat persatuan dan saling mendukung.
Festival diawali dengan prosesi sedekah sebagai simbol dukungan terhadap anggota sangha. Lalu ada acara Pujabhakti, artinya upacara sembahyang berjamaah yang penuh doa dan meditasi. Selain itu, Sanghadana memberikan persembahan kepada biksu dan biksuni untuk melestarikan ajaran Buddha dan memperkuat ikatan spiritual antara Sangha dan umat Buddha.
Makna dari perayaan Katina adalah umat Buddha wajib memenuhi kewajibannya untuk menafkahi para anggota Sangha yang seharusnya dihidupi oleh masyarakat, yaitu dengan makanan, pakaian, obat-obatan dan perlindungan, karena para biksu dan biksuni tidak. .bekerja, mereka menyebarkan ajaran Buddha,” kata Ketua Umum Panitia Perayaan Katina Upasaka, Pandita Suanto Khusada.
Melalui perayaan ini, umat Buddha diajak untuk mempererat hubungan dengan Sangha untuk menjalin komunikasi yang baik serta mengungkapkan rasa hormat dan kepedulian yang mendalam. Hal ini dimaksudkan agar tercipta hubungan yang harmonis dan saling mendukung antara masyarakat dengan anggota sangha.
“Bukan sekedar kathina saja, hubungan sangha dengan jemaah sudah terjalin dengan sendirinya, dengan adanya kathina hubungan sangat baik,” kata Suanto.
Peran Santo Katina sangat penting dalam memperkuat ajaran Buddha. Pasalnya, festival ini mempertemukan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat, suku, dan budaya untuk merayakan dan mendalami kebaikan ajaran Buddha.
Keberagaman yang hadir dalam perayaan ini menunjukkan bagaimana ajaran Buddha dapat diperluas melampaui perbedaan, sebagai tempat yang digunakan untuk berbuat baik dan menyebarkan nilai-nilai ajaran Buddha serta membangun komunitas yang lebih kuat.
“Yang paling berkuasa adalah orang-orangnya di Sangha, dan itulah yang paling membantu untuk memperluas dan menyebarkannya kembali, seperti hal Ekayan ini hadir dengan karakter yang berbeda-beda dari atas ke bawah, dan setiap orang berasal dari etnis yang berbeda dalam skala kecil ini”, menjadi semakin besar karena Ekayana, karena ada 5.000 jemaah yang hadir di sana yang memberikannya kepada masyarakat sebagai sangha kami dan menggunakannya untuk menyebarkan ajaran Buddha”, kata Bhiksuni Bhadrasathyani Sthavira.
Selain itu, perayaan Katina juga memberikan kesempatan kepada 900 relawan untuk berkontribusi aktif sebagai wujud rasa cinta terhadap sesama, dimana mereka bahu membahu membantu kelancaran perayaan Katina.
Kehadiran dan dedikasi para relawan ini sangat penting, apalagi di tengah perayaan yang dihadiri 5.000 umat Buddha, sehingga tercipta suasana persatuan dan solidaritas yang kuat. Para relawan yang penuh semangat dan keikhlasan menjalankan tugasnya, memastikan setiap rangkaian acara berjalan lancar, menjadikan perayaan tersebut tidak hanya menjadi momen spiritual, namun juga menjadi contoh nyata nilai-nilai gotong royong dan perhatian sosial yang tinggi. .
Saksikan video “Festival Waisak di Pura Buddha Dharma Bali” (wkn/wkn)