Jakarta –

Florence Puh memutuskan untuk membekukan sel telurnya pada usia 27 tahun setelah didiagnosis menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS) dan endometriosis. Dia membuat keputusan ini agar dia bisa memiliki anak di masa depan.

“Saya mendapat informasi yang sangat berbeda pada usia 27 tahun bahwa saya perlu membekukan sel telur saya dan melakukannya dengan cepat, yang merupakan kesadaran yang membingungkan dan saya sangat beruntung dan senang mengetahuinya karena saya sudah menginginkan anak sejak saya masih kecil. Ucap Pugh dalam wawancara yang dikutip di Glamour UK, Jumat (29/11/2024).

PCOS merupakan penyakit ketika sel telur atau sel telur pada wanita berkembang secara normal akibat ketidakseimbangan hormon. Meskipun endometriosis adalah kondisi umum dan seringkali menyakitkan yang terjadi ketika sel-sel yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim itu sendiri.

Gejala PCOS yang jelas dapat mencakup “perubahan periode menstruasi, perubahan kulit seperti bertambahnya rambut di wajah dan tubuh serta jerawat, pertumbuhan ovarium yang tidak normal, dan infertilitas”.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, kondisi kronis ini mempengaruhi sekitar 8 persen hingga 13 persen perempuan dan anak perempuan usia subur di seluruh dunia. Sayangnya, sekitar 70 persen pasien PCOS tidak terdiagnosis atau tidak menyadari kondisinya.

Pugh mengatakan dia berharap dengan menceritakan pengalamannya akan membantu meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini.

“Saya merasa sangat kecewa bagi semua remaja putri yang terlambat mengetahui hal ini, dan mereka akan mengetahuinya ketika mereka mulai memiliki anak di usia tiga puluhan,” kata Pugh.

Tonton video “Sindrom Ovarium Polikistik” (CNA/CNA)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *