Jakarta –

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melakukan tindakan pemberantasan penyelundupan di bidang bea dan cukai sebanyak 31.275 kali pada Januari hingga Oktober 2024 dengan nilai total 6,1 triliun rupiah. Menteri Keuangan Shri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam 10 bulan terakhir terjadi pertumbuhan 10% dibandingkan tahun lalu.

“Tahun ini terjadi peningkatan frekuensi lebih dari 31.000 rezim sebesar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga kita justru melihat peningkatan aktivitas akibat tindakan pelaku ilegal. Kami mentransfer metode yang berbeda tergantung pada sektornya. ,” kata Sri Mulyani, Kamis (2024) saat jumpa pers, 14 November.

Shri Mulyani juga angkat bicara soal penyelundupan barang tekstil dan produk tekstil (TFT). Menurut dia, penyebab maraknya penyelundupan produk TPT adalah produksi barang dari negara lain yang berlebihan dan tarif yang sangat tinggi di negara tempat biasanya barang tersebut dijual.

“Jadi kelebihan barang juga ‘muntah’ dalam bentuk aktivitas ilegal di Indonesia. Kami bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan untuk mengoordinasikan kebijakan. Kalau kita jadikan TPT, itu bisa dipakai juga. Sri Mulyani mengatakan, “Semua kain dilindungi. Anda membutuhkannya. “Jika tingkat perlindungan pada tipe awal lebih tinggi, maka akan berdampak pula pada produksi pakaian dalam negeri,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Budi Gunawan mengatakan akses hulu hingga hilir diperlukan untuk mencegah penyelundupan.

“Tahap pertama kita utamakan pada aspek preventif,” kata Budi. — Aspek lain yang tidak kalah penting adalah perbaikan sistem dan proses bisnis. dan meningkatkan koordinasi,” jelas Budi. .

Menurut Budi, penting juga untuk meningkatkan pengawasan teknologi dengan sistem pengawasan yang modern di wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi penyelundupan, termasuk penilaian terhadap peraturan yang masih terdapat kesenjangan.

“Selain itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga tidak kalah pentingnya untuk memastikan seluruh pengelola yang bekerja di lapangan transparan dan akuntabel,” tegas Budi. (ACD/ACD)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *