Jakarta –

Belakangan ini banyak masyarakat yang mengeluh di media sosial bahwa DKI Jakarta lebih panas dari biasanya. Bahkan, suhu ini lebih tinggi meski pada pagi hari saat matahari tidak terik.

Menanggapi hal tersebut, Deputi Klimatologi BMKG Ardasena Sofaheluvakan mengatakan hal tersebut disebabkan dampak pemanasan global yang menimbulkan kekhawatiran. Selain itu, ada pergerakan matahari yang mendekat.

“Dalam siklus bulanan setahun, puncaknya terjadi pada bulan April-Mei, akhir September, dan awal Oktober. Matahari juga paling dekat dengan kita, tepat di garis khatulistiwa,” kata Ardasena kepada detikcom. Ditemui di Auditorium BMKG, Jakarta Pusat pada Selasa (15/10/2024).

Pergantian musim, lanjut Ardasena, membuat Jakarta terasa lebih panas dari biasanya, meski saat itu masih dini hari.

“Karena kelembapan, kombinasi kelembapan dan panas menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh,” ujarnya.

Begitu pula menurut prakiraan cuaca BMKG Agita Vivi, dalam beberapa bulan terakhir, suhu di banyak wilayah, termasuk Jakarta, meningkat signifikan.

“Suhu rata-rata di Indonesia pada bulan Januari sekitar 34-36 derajat Celcius. Namun, saya cek sebelumnya, pada bulan Juni hingga Oktober ada peningkatan hingga 37 hingga 38 derajat Celcius,” ujarnya.

Suhu tertinggi pada bulan Oktober, lanjut Agita, kembali terjadi di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang suhunya berkisar antara 36 hingga 38 derajat Celcius.

Menurut Mesir, cuaca panas masih akan berlangsung di sebagian besar wilayah Indonesia hingga akhir Desember. Tonton video “Apakah Cuaca Panas Pengaruhi Kesuburan Pria dan Wanita? Begini Kata Dokter” (dpy/naf)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *