Jakarta –
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang memiliki jumlah kasus tertinggi di Indonesia. Beberapa mitos kesehatan terkait kondisi ini masih belum terbantahkan, salah satunya adalah penggunaan pembalut dapat memicu kanker serviks.
Konsultan Onkologi Spesialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, SpOG(K) Onc mengatakan penggunaan pembalut aman dan tidak menyebabkan kanker serviks adalah mitos.
Tak hanya itu, bahan kimia pada pembalut juga tidak meningkatkan risiko infeksi sehingga tidak memicu kanker serviks.
“Kalau mitos sebenarnya kalau kita lihat virus HPV (human papillomavirus) itu penyebab utamanya. Jadi tidak benar kalau kanker serviks dikaitkan dengan pembalut,” kata dr. kata Kartiwa saat ditemui awak media di Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2024).
“Jadi tidak disarankan menyentuh pembalut yang mengandung berbagai zat tersebut,” imbuhnya.
Dr. Kartiva menjelaskan, kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV.
Sebagai tindakan pencegahan, wanita disarankan untuk menjalani pemeriksaan awal setiap 5-10 tahun sekali. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks lebih dini dan membantu pengobatan pasien kanker yang lebih efektif.
Pasien baru terdiagnosis setelah kankernya memasuki stadium lanjut, sehingga sudah terlambat untuk mengobatinya dengan baik.
“Ini disebabkan oleh infeksi HPV yang menetap atau berulang, jadi bukan hanya satu kali infeksi. Jadi kita lihat infeksinya akan hilang, tapi kalau tertular lagi maka akan tertular yang akhirnya menjadi kanker serviks. Bagi wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, “dibutuhkan waktu 15 hingga 20 tahun untuk terserang kanker,” kata Dr. Karvita.
“Virus HPV ini sangat umum, penularannya melalui kontak. Semua kontak bisa menularkannya, tidak hanya hubungan seks. Biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun,” ujarnya. Tonton video “Video: Tak Perlu Malu, Ada Metode Loose Sampling untuk Deteksi Dini Kanker Serviks” (AVC/CNA)