Jakarta –
BAKTI Komdigi mendukung proses digitalisasi sektor perikanan di Lampung Selatan. Salah satu caranya adalah dengan menawarkan perangkat IoT (Internet of Things), yang merupakan pengumpan otomatis cerdas yang disebut eFeeder. Alat ini disebut-sebut bisa membuat pemberian pakan lebih efisien sehingga hasil panen lebih merata. Hal ini berdampak pada perkembangan perekonomian masyarakat setempat.
Singkatnya, eFeeder adalah perangkat pemberian makan otomatis yang dapat dikontrol melalui ponsel dari aplikasi eFeeder. Peternak dapat mengatur jadwal pemberian pakan, mendapatkan rekomendasi pakan dan mencatat data keluaran pakan.
Project Manager Ade Setiawan L. Tobing dari eFishery menjelaskan, ada beberapa komponen penting pada smart automatic feeder ini. Pertama ada tong berisi makanan, kotak kendali, dan peluncur. Ada pula mesin dosing atau disebut dosing machine.
“Kalau peluncurnya sesuai dengan namanya, fungsinya untuk melempar. Nanti akan menentukan jarak lemparnya. Kita atur dari kurang lebih 10 meter, 10 hingga 13 meter. Nanti kita ubah menjadi persentase, lalu kita sesuaikan dengan jarak yang kita inginkan”, kata Ade.
Berbeda dengan eFeeder udang yang melakukan cast 360 derajat, eFeeder ikan melakukan cast 90 derajat atau membentuk huruf ‘v’.
Sedangkan untuk takaran, terdapat nilai kalibrasi yang dapat dicocokkan. Misalnya penanam menetapkan 1 kg, maka mesin harus mengkalibrasi terlebih dahulu nilai kalibrasinya. Sebab, performa setiap motor berbeda-beda.
“Ibarat kita memikirkan mobil atau motor, setahun dipakai otomatis performanya malah turun. Jadi, misalnya hari ini 14 kg per detik, tahun depan tidak lagi 14 kg setiap detiknya, karena itu melambat, jadi dikalibrasi ulang,” ujarnya.
Untuk prosedur kalibrasinya, peternak biasanya menyiapkan 1 kg pakan. Setelah itu, dari aplikasi eFeeder tersedia fitur kalibrasi. Lalu, ia harus menghitung sendiri, berapa gram per detiknya
Seperti namanya, pengumpan otomatis IoT pintar eFishery terhubung ke Internet dan ditenagai oleh listrik. Namun konsumsi daya yang dibutuhkan eFeeder kurang baik.
“Listrik kita banyak sekali. Kalau ini (intelligent automatic feeder) standby begini, dayanya hanya 1 watt. Kalau hidup, kalau berisik, hanya bisa diberi daya 40 watt. 40 watt berarti 1 lampu masuk rumahnya kecil sekali,” jelas Ade.
Makanan biasanya disajikan antara pukul 08.00 hingga 17.00. Namun menjelang panen raya, pangan bertambah dalam tiga pembagian. Pembagian ketiga dilakukan pada pukul 12.00.
“Inilah salah satu alasan mengapa eFeeder diperlukan dan diperlukan bagi para peternak yang ingin memberi pakan pada jam 12 malam? Kedua, fleksibel. Saat itu sedang hujan dan tidak ada yang mau memberi pakan. Tapi alat ini, asalkan ada konsumsi listrik, bisa jalan kaki,” tegasnya.
Selain itu, aplikasi eFeeder memungkinkan petani untuk menyesuaikan pengaturannya sesuai keinginan mereka. Setiap akun dapat mengelola beberapa grup dan memantaunya kapan saja. Bahkan, ada kemungkinan menunda pemberian pakan saat hujan.
“Karena kadang kalau hujan biasanya ikannya hilang nafsu makan. Jadi sebaiknya ditunda dulu,” ujarnya.
Keuntungan lain dari eFeeder adalah penggunaan aplikasi ini membantu mengurangi penyakit ternak. Semakin sedikit sisa makanan maka semakin sedikit pula limbah yang berpotensi menurunkan kesehatan ikan. Dengan pemberian pakan yang terus menerus akan mempercepat pertumbuhan ikan. Artinya, panennya akan lebih cepat dan ukurannya lebih besar.
Saksikan video “Antusiasme peserta pelatihan bahasa untuk pariwisata di Sumenep” (ask/afr)