Jakarta –

Fatherless, atau anak yang tumbuh tanpa tanggung jawab sebagai ayah, merupakan fenomena yang menjadi perhatian banyak pihak. Di Indonesia, anggapan bahwa “ayah cukup mencari nafkah dan anak adalah urusan ibu” dianggap menjadi salah satu penyebab utama permasalahan ini.

Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi mengatakan, mengasuh anak membutuhkan keseimbangan yang baik. Inilah mengapa peran ayah penting dalam mengasuh anak dan bukan hanya pekerjaan ibu saja.

Ia mencontohkan di antaranya orang tua harus bekerja sama untuk memberikan bimbingan yang sama kepada anak-anaknya. Andai saja ibu berperan dalam hal ini, bisa jadi anak akan merasa bingung atau bimbang ketika dihadapkan pada banyak pertimbangan masyarakat.

“Kalau nasehatnya cuma satu orang tua, anak masih bingung. Karena masih banyak sudut pandang yang lain. Itu yang dilakukan orang tua, validasi anak dengan nasehat,” kata Sari saat dihubungi detikcom, Senin (16/8). . 12/2024).

“Dengan begitu anak-anak bisa menggunakan petunjuknya dan jika banyak berbeda sudut pandang, mereka tidak akan mudah terpengaruh karena orang tua berbicara dengan suara yang sama,” lanjutnya.

Sarri mengatakan gagasan “bekerja cukup untuk mencari nafkah” muncul di zaman kuno, ketika perempuan memiliki lebih sedikit kesempatan untuk bekerja. Tanpa disadari, laki-laki lebih fokus mencari nafkah, sedangkan perempuan membantu pekerjaan rumah tangga.

Jika Sari melihat adanya perubahan lapangan kerja dan keadaan saat ini, ia yakin anggapan tersebut sudah tidak berlaku lagi. Oleh karena itu, orang tua hendaknya dapat menunaikan tanggung jawab sebagai orang tua secara bersama-sama, apalagi mengingat terdapat perbedaan tanggung jawab ayah dan ibu dalam bidang pendidikan.

“Misalnya ibu memberikan rangsangan bagi pertumbuhan dan perkembangan emosi anak, cara berpikir seperti orang lain, berempati terhadap orang lain, merasakan dan memaknai emosi – hati anak membantu langsung memproses semua emosi yang ditularkan melalui emosi. ibu.” Sari..

“Pada saat yang sama, ayah juga membantu mengajarkan cara bersosialisasi, berteman, berpikir, merumuskan strategi, mengambil keputusan, dan berperilaku. Ini adalah hal-hal yang paling mungkin dijelaskan oleh ayah, karena ketelitian dan logika lebih diharapkan atau dihargai dalam gambar laki-laki. Tiba.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *