Jakarta –

Para analis percaya bahwa video-video ini bisa menjadi cara bagi masyarakat kurang beruntung untuk bersaing dengan mereka yang memiliki posisi lebih tinggi. Biasanya, ketika suatu kasus tergelincir, pihak-pihak lain akan mendapat perhatian lebih. Berawal dari keluh kesah korban, kemudian dilirik oleh netizen, media, hingga influencer.

Setelah banyak dipublikasikan, kasus ini diharapkan mendapat perhatian lebih dari pihak berwenang.

Analis media sosial dan Koordinator Media Sosial Enda Nasution mengatakan: “Ini adalah cara masyarakat kecil untuk melawan mereka yang menduduki posisi lebih tinggi. Kita sekarang berjuang dengan teknik digital dan dapat beroperasi secara kelompok,” kata analis media sosial dan Koordinator Media Sosial Enda Nasution saat dihubungi detikINET, Selasa (12 Desember 2024). ).

Dengan penggunaan video/gambar yang dibagikan di jejaring sosial, orang yang menyalahgunakan haknya bisa mendapat masalah jika melakukan kesalahan. Yang membuat video lebih mudah adalah karena penonton dapat melihat secara pasti apa yang terjadi dalam adegan tersebut. Jadi, menulis sangat penting untuk menarik perhatian orang banyak.

“Kalau nggak punya video, mungkin foto. Tapi kenyataannya video itu bercerita. Banyak yang nonton. Makanya disebut ‘video viral’, karena videonya viral di mana-mana,” tuturnya dikatakan. jelaskan siapa orangnya. dikenal sebagai ‘Bapak Astronot Indonesia’.

Selain video dan foto, upload menjadi lebih mudah jika didukung dengan story. Informasi ini diperlukan untuk menambah informasi atau konteks. Di sana juga bisa dijelaskan siapa saja korban dan tokoh di dalamnya.

Pada saat yang sama, Enda memaparkan beberapa contoh topik yang dapat digunakan untuk memperburuk keadaan. Yang pertama dan paling sering adalah masalah emosional. Hal-hal yang menggugah emosi dan membicarakan perbuatan salah seringkali menyebar dengan cepat.

“Ada kasus kriminal, kasus politik, selebritis, dan santet,” jelas Enda. Lalu ada juga masalah seksual dan masalah pribadi.”

Kini, pengguna internet semakin mengkhawatirkan konten-konten yang melanggar prinsip keadilan. Misalnya saja bersikap sombong dan menunjukkan kelemahan diri kepada orang lain.

“Biasanya di jalanan banyak video orang mengacungkan senjata dan Fortuner hitam (pemiliknya). Itu biasanya tanda arogansi. Atau kalau ketahuan, ada pejabat yang pakai Patwal (Patroli dan Penjaga) dan berkelahi di jalan. , mereka akan sangat jelas tercermin “Apalagi saat Anda mengenakan seragam. Beginilah protes netizen dengan memposting atau menulis artikel,” ujarnya.

Menurut Enda, tidak bisa dipungkiri jejaring sosial mempunyai kekuatan yang besar. Apalagi masyarakat Indonesia banyak menggunakan jejaring sosial. Enda juga mengibaratkan jejaring sosial seperti sebuah alun-alun, sebuah tempat luas yang dipenuhi banyak orang.

“Sebelumnya, kami harus keluar ke alun-alun dengan beberapa nomor (agar mendapat perhatian). Jejaring sosial seolah-olah ‘mengambil ruang itu dan mengubahnya menjadi ruang publik di mana orang tersebut bisa menjadi ‘umere’,” jelasnya.

Cara teriaknya seperti thread di video X, YouTube atau TikTok, Instagram Reels atau Instagram Stories, apa saja. Ketika korban melapor, cinta terungkap di masyarakat dan menyebar.

“Saat masyarakat menyadari, ‘Hei, apa yang terjadi di sini?’, lalu mereka mengambilnya dan melakukan beberapa pekerjaan, oleh orang-orang yang peduli seperti penggalangan dana kemarin, kalau itu kasus pidana penegakan hukum, misalnya kasus politik, mungkin bisa. Karena pihak-pihak yang terlibat,” tutupnya. Tonton video “Video: Remaja di Italia setuju untuk melarang penggunaan media sosial oleh anak di bawah umur” (pertanyaan/rns)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *