Jakarta –
Didominasi oleh laki-laki, jelas perempuan ini bisa masuk 10 besar dari 100 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Devi Kam menjadi satu-satunya wanita yang masuk dalam daftar 10 orang terkaya di Tanah Air.
Berdasarkan Forbes, Sabtu (14/12/2024), wanita kelahiran 1951 ini memiliki kekayaan bersih US$ 4,8 miliar atau sekitar 76,95 triliun. Devi merupakan pengusaha sekaligus pemilik perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia yaitu PT Bayan Resources TBK. Selain itu, Devi memiliki 10% saham yang akan meningkat secara signifikan pada tahun 2022 setelah nilai Bayan Resources meningkat tiga kali lipat pada saat itu.
Selain tambang, Devi juga terlibat dalam pembangunan pembangkit listrik. Ia memiliki 91% saham PT Sumbargas Sakti Prima. Berdasarkan dokumen Detikcom, perusahaan tersebut merupakan pengembang banyak proyek pembangkit listrik di Indonesia.
Dalam catatan Detikcom, ia terlibat dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Geneponto di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Geneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Turut serta Devi Kam dalam hal ini adalah PT Sumber Energi Sakti Prima (SSP) yang bekerja sama dengan PT Bosova Energy.
Devi Kom tercatat dalam Database Kebocoran Lepas Pantai Konsorsium Internasional Jurnalis Investigasi (ICIJ), mengutip data Indonesia Corruption Watch 2020. Devi tercatat terkait dengan dua perusahaan yang berbasis di British Virgin Islands dan Samoa. Ia juga mengelola PT Sumber Segara Primadaya (S2P), pengembang PLTU Cilacap.
Tak sampai disitu saja, Devi menandatangani perjanjian pada tahun 2006 ketika Indonesia dan China menandatangani perjanjian proyek pembangkit listrik senilai US$ 3,56 triliun atau Rp 57,073 triliun.
Ada pula proyek yang diawasinya, yakni pabrik kimia batu bara senilai US$ 687 juta atau 10,1 triliun di Balosi, Pangkep, Sulawesi Selatan. Tak heran jika perekonomiannya meningkat seiring dengan pendapatan dan keuntungan produsen batu bara Bayan Resources. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi batu bara yang meningkat tiga kali lipat menjadi US$21,8 miliar pada tahun 2022 di tengah krisis energi global yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina. (gambar/gambar)