Jakarta –
Di tahun 2024, beberapa isu terkait susu akan mendapat perhatian dan perhatian masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari keterkaitan subjek susu dengan permasalahan lain seperti permasalahan sosial dan politik.
Misalnya sejak awal tahun ada program makan siang dan susu gratis, kini Gizi Gratis (MBG) yang dijanjikan Prabowo Subianto dan Jibran Rakabuming Raka di Pilpres. Program tersebut bertujuan untuk memberikan nutrisi dan susu kepada anak-anak dan siswa di sekolah-sekolah Islam. Respon yang beragam dari masyarakat luas. Ada pula yang mendukung karena dianggap sebagai upaya penambahan gizi anak sebagai langkah persiapan Indonesia Emas 2045. Pasalnya, konsumsi susu per kapita Indonesia masih lebih rendah dibandingkan rata-rata ASEAN yang hanya sekitar 16,27 kilogram per tahun. Oleh karena itu, program MBG dipandang perlu untuk meningkatkan konsumsi susu pada anak, namun juga menghadapi tantangan yang besar. Salah satunya karena produksi susu dalam negeri hanya mencapai 20% dari kebutuhan nasional dan menjadikan impor menjadi solusi baru dalam satu kesempatan. Untuk melanjutkan sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan susu nasional. “Saat ini pasokan bahan baku susu di dalam negeri baru sekitar 20 persen,” kata Putu dalam keterangan tertulis, Jumat (13/12/2024).
Ia mengatakan, berbagai faktor menjadi penyebab rendahnya produksi susu di Indonesia. Dari jumlah sapi perah yang sedikit hingga rasio harga pakan terhadap produksi susu yang tinggi. “Kendala utama pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia. Sekitar 592 ribu,” jelas mereka. . Untuk mengatasi hal tersebut, muncullah berbagai proyek impor saat itu, seperti mengimpor 1,5 juta ekor sapi dari India dan menjalin kerja sama dengan investor dari Vietnam untuk memproduksi susu sasaran. Investor dari Vietnam telah mengajukan lahan seluas 10.000 hektar untuk mendukung produksi susu melalui program Nutritious Free Meal (MBG). Namun saat ini baru 3.000 hektare yang dimanfaatkan untuk keperluan tersebut, di tengah terkendalanya impor susu untuk program MBG. Kabar impor susu formula dari China dengan merek Feihei pun bermunculan. Kebocoran itu terjadi seiring China punya catatan buruk sejak terungkapnya skandal melamin di beberapa merek susu di Rusia pada awal November lalu. Hal ini dilakukan karena adanya pembatasan susu yang masuk ke pabrik atau industri pengolahan susu (DPI) dan diduga karena adanya kuota impor susu dari luar negeri, akhirnya pemerintah turun tangan. Menanggapi protes susu impor. Kementerian Pertanian bahkan memblokir impor susu. Hal ini untuk memastikan susu produksi lokal dapat diserap oleh IPS.
Sebagai alternatif penyediaan susu yang murah, muncul ide untuk menggunakan susu ikan (hidrolisat protein ikan). Inisiatif ini menghadapi tantangan karena rasa, kualitas nutrisi, dan potensi risiko kesehatan akibat produk yang diproses secara berlebihan. Berdasarkan CODEX Alimentarius, standar pangan internasional, pedoman dan kode etik, susu adalah cairan alami dari hewan perah atau mamalia yang diperoleh dari susu mentah. Beberapa orang juga menjadi subjek yang akan muncul pada tahun 2024, bug ini tidak dapat dipisahkan Dari promosi susu kental manis sebagai susu yang mengandung susu selama ratusan tahun, untuk memperbaiki kesalahan tersebut, pemerintah sebenarnya sudah membuat ketentuan. Salah satunya adalah Peraturan BPOM 20 Tahun 2021 serta Perubahan 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan yang melarang produsen mempromosikan susu kental manis. . Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKN menyebut perlu adanya intervensi bersama. Untuk mengatasi masalah ini, bekerjasamalah dengan seluruh institusi terkait.
Simak Videonya: Kecap Ikan Dibanding Susu Sapi, Mana yang Lebih Bergizi?
(akd/akd)