Jakarta –
Kementerian Koperasi (KEMENCOP) dan Koperasi Orang Tua Pondok Pesantren (INCOPONTREN) sedang merintis program Makan Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Eksperimen ini penting untuk mengkaji permasalahan implementasi program MBG di pesantren, sehingga program ini dapat membuahkan hasil yang baik ketika diterapkan.
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Feri Julianto menjelaskan, program MBG perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk pesantren yang nantinya menjadi salah satu penerima manfaat dari program tersebut. Untuk itu pihak pesantren harus banyak menyiapkan teknis pelayanan khususnya dapur umum.
“Jika kami tidak menguji konsepnya, kami khawatir tidak akan menjadi masalah bagi kami.” Maka kita harus mulai mengambil langkah-langkah strategis untuk mengecek program MBG ini, kalau bisa dapurnya ditempatkan di sana,” kata Wakil Menteri Koperasi Firi. Juliantono dalam keterangan resminya ditulis, Kamis (12/12/2024).
Wakil Menteri Koperasi mengusulkan pembangunan dapur umum berkapasitas besar untuk asrama Islam, yang harus dilibatkan dalam penyediaan makanan dan logistik.
Sebelumnya Kementerian Koperasi mencoba menerapkan program MBG di beberapa sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya Sukabum. Sejak implementasi percontohan, diketahui bahwa implementasi program MBG di ruang kelas relatif lancar.
Wakil Menteri Koperasi Feri meminta MBG melakukan uji coba di pesantren setidaknya selama tiga hari dan meminta mereka mendapatkan informasi lengkap tentang program sosialisasi dan ekosistem untuk melaksanakan program tersebut. Melalui Koperasi Perumahan Syariah (Copontrain) diharapkan, perumahan syariah menjadi bagian dari rantai pasokan permintaan bahan baku program untuk mendapatkan manfaat dari segi ekonomi.
Untuk memastikan kopontren siap menjalankan program MBG, Wakil Menteri Koperasi Feri meminta para pengelolanya mempelajari keberhasilan Kopontren Al-Itifaq di Siwiday Bandung dan Kopontren Sidogiri di Jawa Timur. Kedua kopontren ini siap menjadi rantai pasok bahan baku untuk mensukseskan program MBG di daerahnya masing-masing.
“Saya ingin seluruh pesantren di Sidogiri dan Al-Itifaq bisa belajar dari keberhasilan koponter. Nanti saya minta mereka menjadi saudara angkat untuk membangun dan memperkuat koperasi pesantren,” kata Wakil Menteri Koperasi Feri.
Sementara itu, Ketua INCOPONTREN Jenderal Hapi Zajuli mengapresiasi komitmen pemerintah dalam menciptakan tenaga kerja unggul melalui program MBG, khususnya di bidang pendidikan nonformal pesantren. Baginya, program ini tidak hanya dapat meningkatkan sumber daya manusia anak Indonesia, tetapi juga menggairahkan perekonomian masyarakat, khususnya di lingkungan pesantren.
“Ini memang sebuah lompatan yang Insya Allah akan berdampak positif terhadap perekonomian, khususnya di lingkungan pesantren,” kata Happi Zajuli.
Incopontren mengaku telah turut serta mendukung Badan Pangan Nasional (BGN) dengan mendirikan hingga 1.500 dapur di pesantren untuk menjalankan program MBG secara efisien. Tak hanya itu, Ecopontren diminta ikut serta dalam rantai distribusi pengembangan pesantren secara besar-besaran.
Kepercayaan pemerintah terhadap Inkopontren untuk masuk dalam ekosistem program MBG memunculkan kembali semangat pengelola untuk melaksanakan subdinamika. Pihaknya mengumumkan kesediaannya untuk secara mandiri mengembangkan produk hilir seperti susu sapi dan minyak untuk program MBG.
“Ketika kami mendapat (kepercayaan) untuk melaksanakan program makan gratis ini, kami akan mengalokasikan persentase tertentu dari keuntungan kami untuk dana pendidikan, yang Insya Allah akan diberikan kepada Ecopin University (Universitas Koperasi Indonesia),” ujarnya.
Dalam sidang tersebut, Happi mengungkapkan koperasinya telah mendapat minat investasi dari Jepang terkait pengembangan industri susu. Dengan investasi ini, diharapkan produk susu koperasi dapat mengadopsi teknologi yang lebih baik. (fdl/fdl)