Jakarta –
Tak hanya saat kurang tidur, saat terlalu banyak tidur pun tubuh kerap terasa lemas dan kurang energi. Apalagi di musim liburan kali ini, tentunya sebagian orang memanfaatkan waktu luangnya untuk tidur seharian.
Dokter kesehatan dari Mayapada Hospital, Jakarta Selatan, dr Ray Rato, SpPD, mengatakan seseorang biasanya membutuhkan tidur 6 hingga 8 jam sehari. Fungsi utamanya adalah agar tubuh bisa pulih dan mengembalikan berbagai fungsi normalnya setelah seharian beraktivitas.
“Tapi tidur bukan hanya soal kuantitas, tapi juga kualitas,” tegas Dr. Ray dalam perbincangan baru-baru ini dengan Detikum.
Indikasi kualitas tidur yang buruk antara lain dapat dilihat pada kondisi seseorang setelah bangun tidur. Jika Anda terlihat segar dan lebih energik saat bangun tidur, maka kualitas tidur Anda bisa dibilang sangat baik.
“Kalau setelah tidur dia lebih banyak ngantuk atau capek, mungkin kuantitasnya bagus tapi kualitasnya kurang bagus,” jelas dr Ray.
Ada kesalahpahaman umum bahwa mendengkur adalah tanda tidur nyenyak. Pada orang dewasa, mendengkur sebenarnya menandakan aliran udara tidak lancar dan kualitas tidur tidak maksimal.
Gangguan tidur yang berhubungan dengan parasomnia juga menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Dalam hal ini, orang tersebut tampak tertidur tetapi aktivitas otaknya tidak benar-benar istirahat sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh.
“Ada tes yang bisa kita lakukan, namanya tes tidur. Untuk melihat apakah yang bersangkutan tidur cukup, kualitasnya bagus. Mereka mungkin tertidur, tetapi dalam prosesnya setengah tertidur,” kata dr Rai. menjelaskan. .
Tonton video “Pakar: Masih belum ada zat yang dapat menggantikan efek restoratif dari tidur” (atas/atas)