Depok –
Kisah Pemberontakan Bekas tahun 1869 merupakan perlawanan pribumi di Hindia Belanda. Raden Saleh sebagai tokoh utama yang diselamatkan oleh seorang pendeta Depok.
Pada masa pemberontakan, salah satu tokoh perlawanan konon adalah maestro lukisan Raden Saleh. Pemerintah Hindia Belanda menuduh Raden Saleh terlibat dalam pemberontakan tersebut.
Raden Saleh juga dikejar oleh pemerintah Hindia Belanda. Dia diinginkan hidup atau mati.
Saat ini, Raden Saleh disarankan mengungsi ke Depok. Tepatnya di tempat tinggal para pendeta di Jalan Pemuda saat ini atau di tempat kantor Yayasan Cornelis Chastelein Institute (YLCC). YLCC merupakan lembaga yang didirikan pada tanggal 4 Agustus 1952 dan bertugas melestarikan situs-situs sejarah peninggalan Depok lama dan mengawasi berbagai kegiatan pemanfaatan situs-situs bersejarah tersebut.
“Nyawa Raden Saleh terselamatkan di gedung ini pada tahun 1868 ketika Pendeta Beuchoff ada di sini pada masa Pemberontakan Bekas. Kemudian pemerintah Hindia Belanda mencurigai Raden Saleh melakukan spionase,” kata Koordinator Sejarah YLCC Boy Loen kepada beberapa detikTravel baru-baru ini.
Ia mengatakan, gedung yang merupakan kantor YLCC itu merupakan tempat pelarian Raden Saleh. Pastor Beuchoff yang saat itu menjadi pendeta di Gereja Immanuel yang letaknya sangat dekat dengan gedung tersebut.
Karena kedekatannya dengan orang-orang di pemerintahan Hindia Belanda, Raden Saleh dianggap sebagai mata-mata. Meski Pendeta Beuchoff dan Raden Saleh tidak begitu dekat.
Namun, Pendeta Beuchoff menilai perintah untuk menemukan Raden Saleh hidup atau mati tidak sejalan dengan keyakinannya. Apalagi jika dia ditembak tanpa diadili.
Ada pernyataan dari pemerintah Hindia Belanda bahwa Raden Saleh dicari hidup atau mati. Pendeta Beuchoff membaca, “Wah, tidak mungkin, karena Saleh bukan mata-mata,” lalu dia menulis surat dan dia. Kirim dengan pengiriman cepat, “kata bocah itu.
Dalam surat itu, bocah itu menyebut ada pengumuman agar Raden Saleh segera berangkat ke Depok karena dicari dalam keadaan hidup atau mati. Beuchoff percaya bahwa tidak ada orang yang boleh dieksekusi tanpa pengadilan.
Hingga akhirnya anak laki-laki tersebut menjelaskan bahwa Raden Saleh datang menemui Pendeta Beuchoff dan tinggal di gedung Paviliun (sekarang Paviliun tersebut sudah tidak ada).
“Saat Raden Saleh tiba di sini, Pendeta Beuchoff memberitahu pemerintah Hindia Belanda. “Raden Saleh dalam kondisi aman di tempat saya. Kalau mau diinterogasi, ke Depok, saya yang jadi mediatornya,” kata Boy.
“Kalau bersalah bisa dihukum, tapi sesuai ketentuan hukum saat ini, jangan ditembak. Kalau tidak bersalah, harusnya dibebaskan,” imbuhnya.
Selang beberapa waktu, delegasi pemerintah Hindia Belanda datang menemui Pendeta Beuchoff. Menurut bocah itu, situasi interogasi berlangsung dari pagi hingga sore hari.
Hingga akhirnya proses interogasi selesai dan Saleh dibebaskan tanpa ikut serta dalam pemberontakan.
“Akhirnya tidak ditemukan bukti bahwa Raden Saleh adalah mata-mata, sehingga ia dinyatakan bebas. Pendeta Beuchoff berkata: ‘Kalau begitu harus dibuat surat bahwa dia bukan mata-mata dan dia adalah orang bebas’. Tangkap dia, jelas anak laki-laki itu. Semalaman
Setelah dibebaskan dari tuduhan, Pendeta Beuchoff pun menyampaikan kepada Raden Saleh bahwa situasi aman dan Raden Saleh dapat melanjutkan aktivitasnya seperti semula. Namun rupanya Raden Saleh sudah meminta izin tinggal beberapa hari ke depan.
Ternyata Raden Saleh terjerumus ke dalam situasi alam di Depok saat itu. Raden Saleh menceritakan kepada Pendeta Beuchhoff bahwa pemandangan di kawasan ini sangat indah.
Di sawah tempat sawah menguning dan tertiup angin, sawah bergerak seperti ombak di lautan.
Belum ada kicauan burung yang menenangkan telinganya, sehingga Raden Saleh meminta izin kepada Pendeta Beuchhoff untuk tinggal lebih lama.
“Sungguh suatu hal yang luar biasa bagi Raden Saleh,” kata Boye.
Saksikan video “Video: Mengerikan! 35 Bayi Kobra Bersarang di Rumah Kosong di Depok” (wsw/fem)