Jakarta –
Warga negara Australia Julian Petroulas kini dilarang masuk Indonesia. Julian go public setelah mengaku membeli 1,1 hektare di Canggu, Kuta Utara, Badung, Bali. Seorang ekspatriat Australia dilarang masuk Indonesia karena pengakuannya dianggap merusak citra pariwisata Bali.
Plt Direktur Jenderal (Plt Dirjen) Imigrasi Saffar Godam mengatakan: “Akibatnya, JP (Julian) ditempatkan di Direktorat Jenderal Imigrasi. Mulai 21 November 2024, JP tidak lagi masuk ke Indonesia.” tuturnya, Kamis (19/12/2024).
Godam mengatakan Julian berangkat ke Indonesia pada 17 Juni hingga 7 Juli 2024. Setelah itu, Julian kembali ke Indonesia dengan visa on Arrival (VoA) mulai 20 Juli hingga 8 Agustus 2024. Jenis visa ini tidak dikeluarkan untuk mereka yang mengizinkan orang asing. untuk memiliki tanah. atau properti di Indonesia.
“Investor akan berpikir dua kali sebelum berinvestasi di Indonesia jika banyak misinformasi yang tersebar,” kata Godam.
Imigrasi memverifikasi kebenaran perkataan Julián. Setelah dilakukan pemeriksaan, Godam mengatakan Julian ternyata tidak memiliki tanah atau vila apa pun di Bali.
“JP juga tidak diperbolehkan memiliki tanah dan restoran seperti yang dia katakan dalam video,” kata Godam.
Julian sebelumnya menjadi perbincangan di media sosial setelah mengaku memiliki lahan seluas 1,1 hektar di Canggu. Menurutnya Bali adalah tempat yang baik untuk memulai bisnis karena komunitasnya yang besar sehingga mudah untuk terhubung dengan orang-orang yang berpikiran sama.
Julian mengaku mendapat untung dari vilanya di Bali, meski awalnya tidak punya pengalaman di bidang real estate. Ia mengatakan pembelian 1,1 hektare di Canggu merupakan investasi terbesarnya hingga saat ini.
Lokasi lahan dianggap paling penting karena dikelilingi oleh vegetasi, sungai, vegetasi dan matahari terbenam. Julian mengaku banyak menerima tawaran kerja sama untuk membangun usaha di lahan miliknya, namun banyak pula yang ditolaknya karena dirasa tidak sesuai dengan visinya. Artikel ini dimuat di detikbali.
Simak video “Video Ribuan Ikan Mati di Pantai Kuta, Diduga Akibat Cuaca Ekstrim” (sym/sym)