Depo –
Kawasan Depok yang kini menjadi kampus Universitas Indonesia (UI) dulunya merupakan perkebunan buah-buahan milik Cornelis Chastelein. Lada, kopi, dan karet menjadi andalan ekspor.
Chastelein adalah seorang saudagar kaya. Beliau adalah seorang akuntan dan manajer senior di perusahaan perdagangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Hingga saat itu ia tidak akur dengan Gubernur Jenderal Joan van Horn. Ia pun keluar dari VOC.
Kemudian pada tahun 1696 ia membeli sebidang tanah seluas 12,44 km² di wilayah yang sekarang menjadi Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Ia kemudian fokus pada pengembangan perkebunan. Ia mendatangkan 150 budak dari Bali untuk menjalankan perkebunannya. Setelah itu dia memberi nama belakang budaknya.
Sejak saat itu, Depok menjadi perkebunan yang sangat produktif. Beberapa barang ekspor sangat sukses di bidang ini. Chastelein yang tergabung dalam perusahaan dagang VOC Belanda sangat ahli dalam strategi dan mengetahui seluk beluk perdagangan termasuk peluang.
Beberapa waktu lalu saat detikTravel berada di kantor YLCC yang berlokasi di Jalan Pemuda 72, Depok untuk menemui Koordinator Sejarah YLCC Boy Loen, katanya, perkebunan itu ditanami padi, kopi, dan karet.
Makanya, ketika dia membuka perkebunan di sini, dia menanam lada, kopi, dan karet yang merupakan produk ekspor terbesar saat itu, kata Boy.
Dan yang paling terkenal di Depok adalah ladanya. Artinya, lada (yang ditanam) di kawasan Mamprang itu kualitasnya bagus, ”ujarnya.
Boy mengaku belum mengetahui secara pasti apa yang dimaksud dengan lada hitam atau lada putih.
Boy menjelaskan, sulit melihat sisa-sisa atau bekas perkebunan Chastelein. Ia mengatakan, sisa-sisa kejayaan perkebunan Chastelein paling mudah ditemukan di perkebunan karet.
“Misalnya di UI (kawasan Universitas Indonesia) di kawasan Kukusan masih bisa kita temukan bekas perkebunan karet,” ujarnya.
Kemudian, dalam cerita terkait perkebunan era Chastelein, Boy menyebutkan bahwa kantor YLCC didirikan sebagai tempat pemukiman para budak Chastelein yang bekerja di perkebunan. Kini kantor YLCC bertanggung jawab menjaga situs-situs bersejarah peninggalan Depo Lama, dan yayasan ini juga mengawasi berbagai kegiatan yang memanfaatkan situs bersejarah tersebut. YLCC didirikan pada tanggal 4 Agustus 1952.
Selain merupakan perkampungan, Boy mengatakan Jalan Pemuda juga merupakan perkebunan kopi milik Chastelein.
“Kalau kopinya sudah ada (susah cari sisa perkebunannya), tidak bisa kami tampilkan, tapi dulu di Depok ada perkebunan kopi di Jalan Pemuda,” kata Boy.
“Perkebunannya searah, barat, sampai Mampang dan sampai Cinere. Jadi di sini (Jalan Pemuda) itu kawasan pemukiman,” ujarnya.
Sementara itu, Chastelein membebaskan budaknya di akhir hayatnya. Dia mewariskan tanah itu kepada budak-budaknya.
Sebelum kematiannya, Chastelein menunjukkan bahwa dirinya adalah pria yang tidak memandang rendah budaknya. Dia memberi budaknya pendidikan gaya Belanda, mengajar mereka membaca dan menulis serta berkomunikasi dalam bahasa Belanda. Saksikan video “Video: Mengerikan! 35 Bayi Kobra Bersarang di Rumah Kosong di Depok” (wsw/fem)