Garasi –

Salah satu prioritas yang diusung oleh Presiden Prabowo Subianto adalah pemerintah melaksanakan rencana rehabilitasi kolam mati yang saat ini tidak terpakai untuk swasembada pangan. Kolam yang sudah tidak terpakai nantinya akan dihidupkan kembali.

Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (MMF) bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) berencana merestorasi cekungan perluasan di Pantai Utara (Pantura) seluas 78.550 hektare. Jawa, salah satunya di Karawang.

Menteri KP Sakthi Wahyu Trenggono mengatakan potensi peternakan sapi potong yang ada saat ini belum maksimal. Impor daging sapi bisa mencapai Rp7 triliun. Di sisi lain, terdapat potensi sumber protein ikan lainnya di Indonesia.

“Protein hewani kita tidak kuat karena dagingnya sebagian diimpor. Malah impor daging sapi yang mahal sangat sulit, kita impor daging sapi. Tiap tahun kita impor kurang dari 6-7 triliun USD. Apa fungsinya? Karawangda (9 /1/2025) Kumpulan (kosong) dijelaskan dalam acara tinjauan pemulihan.

“Produk perikanan kita sekitar 7 juta (ton) lalu 6 juta ton. Tapi dengan 13 juta ton ini rata-rata ekspor kita 5 miliar dolar AS sekitar Rp 80 triliun,” ujarnya.

Perkiraan Trenggono, investasi yang dibutuhkan untuk restorasi tambak di kawasan Pantura sekitar 15 triliun. Selain itu, jika berhasil, pool tersebut dapat menghasilkan Rp 13 triliun setiap tahunnya.

“Hasil tahunannya sekitar 13,5 triliun,” ujarnya.

Luas tambak yang menjanjikan untuk direhabilitasi di wilayah Karawang adalah 2.548 ha dan dibagi menjadi dua kelompok. Cluster A seluas 1.348 ha dan cluster B seluas 1.200 ha yang masing-masing terbagi menjadi lahan garapan, lahan penunjang, dan hutan.

Lebih lanjut, Trenggono menjelaskan, lahan tambak di kawasan Karawang adalah milik Kementerian Kehutanan. Kemudian pabrik pengolahan ikan, pabrik pakan ikan dll. Pemerintah juga menyatakan sedang mempertimbangkan nasib air tawar di dekat waduk tersebut.

“Karena nanti akan ada pabrik pengolahan ikan, pabrik makanan, dan lain-lain. Yang kita rancang sekarang adalah memanfaatkan air sungai ini sebagai bahan baku udara, tidak berubah warna, tapi menjadi warna murni, dan pada saat yang sama, kita juga dapat memenuhi kebutuhan air. Karena air juga akan mengalami krisis di masa depan, ”ujarnya.

(fdl/fdl)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *