Jakarta –

Sejak Senin hingga Selasa, Presiden terpilih Prabowo Subianto mengundang 106 orang ke rumahnya di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan. Sejumlah orang diangkat menjadi menteri, wakil menteri, dan kepala lembaga pada pemerintahan berikutnya.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef Rizal Taufikurahman mengatakan, angka yang disebutkan Prabowo kemarin menunjukkan jumlah layanan karena rumornya sudah mulai ada (sekitar 46 layanan).

Dari jumlah tersebut, beberapa layanan merupakan kombinasi dan divisi dari layanan lama. Namun hal itu belum bisa dipastikan karena menteri berikutnya akan diumumkan pada Minggu, 20 Oktober 2024 malam, setelah dilantik sebagai Presiden RI.

Namun jika perpanjangan tetap dilakukan, menurut Rizal, bisa saja PM langsung memusnahkan harta APBN. Karena setiap kementerian membutuhkan dana dari pemerintah untuk menjalankannya, mulai dari biaya staf hingga program-programnya.

“Kalau kita lihat lagi, bisa dibayangkan ada sekitar 100 orang yang diundang dan itu mengejutkan. Jadi ada 44 sampai 46 kementerian,” kata Rizal dalam diskusi publik “Koalisi Tebal dan Antisipasi Kebocoran Anggaran: Akankah Partai dan Menteri Prabowa Tidak APBN Utama,” pada Rabu (16/10/2024).

“Jadi dibandingkan presiden sebelumnya, jumlah kementerian atau lembaganya bertambah 12. Maksudnya apa? Artinya menambah aset baru di anggaran kita, di APBN kita,” jelasnya.

Belum lagi, menurut Rizal, pasal APBN 2024 dan 2025 dibuat dengan pemikiran agar jumlah layanan yang tersedia sama dengan saat ini, yakni 34 layanan terjamin. Ini bisa menjadi peluang lain

Bayangkan misalnya penyaluran APBN tahun lalu atau 2025 dengan asumsi masih satu kementerian di pemerintahan sebelumnya, jadi sekitar 34 kementerian, kata Rizal.

“Meskipun ini pengeluaran rutin, biaya staf sangat tinggi. Khususnya layanan baru, bagaimana menyiapkan nama-namanya lalu mengubah jangka waktunya dan merekonsiliasi G/L baru dengan G/L lama dan lain sebagainya. Ini juga butuh waktu,” tambahnya.

Belum lagi, menurutnya, perdana menteri yang beberapa anggotanya merupakan aktivis partai bisa meningkatkan risiko korupsi atau menggunakan dana APBN untuk kepentingan pribadi atau partai. Untuk itu, Rizal menilai penting bagi Prabowo untuk menghentikan korupsi di kabinetnya atau mengambil tindakan tegas.

“Memang Presiden harusnya punya kekuasaan untuk menangani menteri mana pun, menteri mana pun, misalnya korupsi atau bermain-main dengan anggaran APBN, maka dia harus diadili sesuai undang-undang yang berlaku, lembaga yang punya kekuasaan. untuk bertindak. bekerja di sana” – dia menyimpulkan.

Simak Video: DPR Setujui APBN Prabowo-Gibran, Anggaran Pemerintah Rp 3.621

(fdl/fdl)

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *