Deepak-
Perpustakaan Yusuf Kala, perpustakaan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok, Jawa Barat, menyedot perhatian warganet. Ayo jalan-jalan.
Perpustakaan umum memang terbuka. Pengunjung luar kampus dikenakan biaya masuk sebesar Rp 10 ribu per kunjungan.
Menurut informasi kurator, rata-rata jumlah pengunjung mencapai seribu orang setiap harinya. 90% diantaranya merupakan tamu dari luar camp, antara lain dari wilayah Jabuditabak dan Banten.
Pengunjung perpustakaan sangat berminat, terutama mereka yang membesarkan anak-anak dan keluarga. mereka penasaran dengan fasilitas sastra modern di perpustakaan. Marhama, salah satu tamu di Depok mengatakan, alasan mengajak kedua anaknya ke Perpustakaan Yusuf Kala adalah untuk menanamkan kecintaan terhadap literasi.
“Alasan datang ke sini adalah agar kedua putra saya lebih mencintai literasi.” Untuk membaca lebih lanjut, mereka ingin membaca lebih lanjut. Saya senang sekali ketika belajar di Perpustakaan Islam Internasional Indonesia yang besar di Depok. Universitas,” kata Marhama saat wawancara dengan detikTravel, Rabu (30/10/2024).
Saran dari pengunjung
Banyak juga pengunjung yang memberikan informasi mengenai fasilitas dan layanan yang ada di perpustakaan ini. Salah satunya adalah jadwal tur yang berakhir pada hari biasa yaitu Senin hingga Jumat pukul 09.00-21.00 WIB. Beberapa wisatawan berharap bisa memperpanjang jadwal perjalanan hingga akhir pekan agar lebih banyak orang yang bisa datang.
Fasilitas kamar anak juga menjadi daya tarik tersendiri bagi keluarga yang membawa anaknya.
“Kami di sini ingin melihat, sebelum fyp, dari Kak, itu tempat untuk anak-anak ya, yang kami lihat sangat berwarna, penuh warna, sangat menarik, dengan anak-anak kami minat membaca tumbuh,” kata Marham. .
Para tamu juga menyarankan agar jumlah buku gratis di perpustakaan diperbanyak.
“Rencananya memperbanyak jumlah buku untuk anak-anak, untuk meningkatkan minat membaca,” tambah Marham.
Deepok pengunjung lainnya, Asma, juga membawa anak-anaknya ke perpustakaan ini dengan minat yang sama, yakni minat membaca di tengah dominasi gadget.
“Tujuan membawa anak-anak ke sini adalah agar anak-anak lebih gemar membaca, apalagi di usia yang mana anak-anak lebih banyak memiliki ponsel dan gadget, makanya saya berharap ketika saya datang ke sini, mereka akan lebih banyak membaca buku dan lebih bahagia, jika mereka membaca seperti itu,” kata Asma.
Selain fasilitas sastra, pengunjung juga mengapresiasi suasana santai yang ditawarkan perpustakaan ini.
“Saya ingin tahu tentang perpustakaan Yusuf Kala sekarang. Saya sangat tertarik dengan keadaan di sini.” Saya merasa nyaman dan ingin tahu apa saja yang ada di perpustakaan ini, jadi nyaman sekali kita bersantai di sini lho,” kata Elda Yante, warga asing.
Elda juga mengatakan akan mengajak keluarga dan teman-temannya untuk mengunjungi perpustakaan ini. Ia juga menambahkan, meski saat ini sudah cukup nyaman, namun kedepannya diharapkan dapat ditingkatkan fasilitas lainnya.
“Saya pasti akan membawa keluarga dan teman ke perpustakaan ini. Saat ini, saya cukup nyaman dengan kondisi tersebut. Mungkin kedepannya akan lebih banyak lagi penambahan tinjauan manajemen, seperti lebih banyak buku,” kata Elda.
Faris Firdous, tamu lain dari Dipok, juga datang ke perpustakaan ini untuk membaca buku Yusuf Kala yang tersedia di sana. “Saya membaca buku Yusuf Kala, karena buku Yusuf Kala banyak sekali,” kata Faris.
Banyak pula tamu yang mengutarakan pendapatnya mengenai fasilitas yang ada di perpustakaannya. Salah satunya, Muhammed Matsiq Iqbal Farma, siswa SMKN 1 Depok mengeluhkan lift dan eskalator masih tidak berfungsi sehingga harus menggunakan tangga darurat untuk mencapai lantai atas.
“Dari elevator, tangki, dan eskalator, karena belum ada eskalator dan elevator, sehingga terpaksa menggunakan peron yang ada di lantai empat,” kata Iqbal.
Perpustakaan Joseph Kala kini membatasi akses pengunjung hanya di lantai enam, namun perpustakaan masih menjadi destinasi favorit pecinta sastra dan budaya penikmat fasilitas modern di jantung kota Depok Saksikan video “Wisata Kuliner Tepi Danau, Abu! ” (wanita)