goyalorthodontics.com, Jakarta – Politisi Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin pada hari Minggu (6/4) melawan jurnalis melawan jurnalis (6/4) tentang kegiatan jenderal jenderal polisi Sigit Prabowo.
Selain itu, Didi dari laporan pelaporan melihat bahwa asisten sigit umum telah membuat pernyataan kepada wartawan subtletis.
Baca Juga: Pengakuan Jurnalis Fotografi Antara Kepala Polisi
“Dengan mengatakan,” tekan saya oleh satu, “yang telah ditujukan kepada kru media, tidak hanya mencerminkan sikap kekuasaan, tetapi juga merupakan bentuk konkret dari gangguan konstitusional konstitusi,” kata seorang pria yang juga bekerja sebagai pengacara dalam siaran persnya, Senin (7/4).
Menurut Didi, Sigit Jenderal menginginkan penjaga yang berbicara untuk menghubungkan wartawan untuk membenarkan sistem negara demokratis yang sehat, seperti Indonesia.
Baca juga: Jenderal Sigit mengatakan orang yang menginginkan jurnalis, bukan kepala asisten polisi
Oleh karena itu, ia mengusulkan agar Sigit umum mengambil langkah -langkah terhadap jurnalis.
Pertama -tama, Didi, Sigitin Jenderal, harus menghilangkan intimidasi dari posisinya setelah acara Semarang.
Baca Juga: Asisten Polisi Mengancam Bos Jurnalis
“Untuk memastikan objektivitas dalam proses inspeksi internal dan menghindari konflik kepentingan,” katanya.
Kedua, ia mengatakan bahwa Divisi Propaam Poli segera melakukan studi yang menyeluruh, transparan dan bertanggung jawab atas insiden menakut -nakuti.
“Untuk memiliki konsekuensi sesuai dengan pelanggaran disipliner dan aturan etika kepolisian nasional,” lanjut Didi.
Ketiga, ia mengatakan bahwa faktor -faktor menakutkan harus menyerahkan permintaan maaf terbuka kepada jurnalis dan audiensi.
“Ini adalah bentuk tugas moral sikap yang tidak mencerminkan semangat pelayanan publik,” katanya.
Didi mengatakan bahwa di masa depan, polisi nasional harus mempertahankan pelatihan khusus untuk semua anggota.
“Terutama dengan pejabat tingkat tinggi, katanya,” katanya.
Didi mengatakan Partai Demokrat menganggap ketakutan para jurnalis untuk memberikan suara publik.
“Tindakan seperti itu harus dihentikan dan tidak boleh menjadi kebiasaan,” katanya. (Ast/jpnn)