goyalorthodontics.com, Jakarta – ASIPPINDO GURNEEE Society telah mengadakan diskusi panel dengan topik “Perpanjangan aksesibilitas keuangan: Peran strategis lembaga keuangan untuk mendukung pertumbuhan MSM”.
Diskusi ini berusaha untuk memperkuat peran lembaga keuangan dalam memperluas akses ke pembiayaan inklusif perusahaan mikro, kecil dan menengah (MSM).
Baca Juga: Indikator Keuangan yang Didukung, Jamcindo Menunjukkan Urutan Dukungan Akses MSME-K
Kegiatan ini adalah bagian dari serangkaian acara di Indonesia Guarante 2025, yang berlangsung di Jakarta pada hari Rabu 16 April 2025.
Diskusi panel mewakili pembicara dari berbagai lembaga strategis yang mewakili pemain pemerintah dan industri keuangan.
Baca Juga: Dorong Pengembangan UMKM-K, Asipindo mengkonfirmasi kewajiban untuk mengimplementasikan pemerintah ASTA CITA
Hadir sebagai penutur: Ferry Iravan, wakil untuk koordinasi manajemen dan pengembangan Bumno Bumno Bunmer dari Kementerian Ekonomi tentang Urusan Ekonomi Republik Indonesia; Riza Damanik, Wakil Kementerian Mikro Bisnis UMKM; Muhammad Kandra Utama, Sevp Ultra Micro Bri; dan Basaman Basaman, Sevp Great -Trade Risiko Bank Islam Indonesia (BSI).
Diskusi ini dimoderatori oleh Agus Supriad, Sekretaris -Jenderal Asippindo.
Baca juga: akan ada 300 miliar saham RP, SIG melakukan dua fase ini
Dalam presentasinya, Ferry Iwan menyampaikan sinergi antara pemerintah, lembaga garansi dan lembaga keuangan yang diperlukan untuk mendukung program pembiayaan prioritas seperti KUR (Kredit Bisnis Orang), KUA (Kredit Bisnis Alsintan) dan KIPK (Industri Kredit).
Skema ini harus dipertahankan dengan mengelola risiko nilai yang bertanggung jawab, transparan, dan terintegrasi digital.
Dia menambahkan bahwa penting untuk menyediakan proses pemantauan dan penilaian jaminan untuk pekerjaan, termasuk jaminan (IJP), klaim dan subrogasi dalam menjaga stabilitas sistem.
“Tujuan dari distribusi KUR 2025, ditetapkan pada Rp300 triliun, membuka ruang untuk meningkatkan pendapatan sponsor melalui IJP, yang akhirnya memperkuat resistensi cepat lembaga garansi,” katanya.
Sementara itu, Riza Damanik menemukan bahwa sebagian besar MSM di Indonesia, terutama bisnis mikro, masih berfungsi sebagai dan bekerja.
Ini mempengaruhi produktivitas rendah dan akses dan pendanaan pasar yang terbatas.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong pendekatan untuk kelompok bisnis, sehingga aktor mikro dapat dimasukkan dalam ekosistem yang lebih terstruktur, terkait dengan rantai pasokan dan lebih mudah untuk mengakses lembaga keuangan.
“Banyak entitas bisnis mikro sebenarnya layak (layak), tetapi tidak memiliki jaminan atau catatan berbahaya. Berikut adalah peran jaminan yang sangat penting untuk mengatasi gangguan dan memperluas inklusi keuangan,” kata Riza.
Sementara itu, Muhammad Kandra Utama van Brie menekankan bahwa MSM bukan hanya segmen bisnis, tetapi juga misi kelembagaan yang terintegrasi dalam semua pendaftaran bisnis.
Dengan 36 juta pelanggan MSM dan pinjaman MSM, mencapai 82% dari total portofolio, BRI menjadi bank dengan komitmen tertinggi untuk sektor ini.
Candra telah menyampaikan tantangan pengembangan MSC, tidak hanya dalam aspek pendanaan, tetapi juga bantuan yang stabil.
Bri menanggapi tantangan ini melalui berbagai inisiatif strategis seperti Brillian Village, dan Ultra Micro Opportunity (UMI) dengan PNM dan Pegadaian.
“Bri masih menentukan prioritas perluasan terintegrasi akhir akhir hingga akhir, dari melek huruf, bantuan, hingga pembiayaan digital,” katanya.
Dari sudut pandang perbankan Islam, Babies Bastaman menekankan bahwa MSM adalah pilar paling penting dari ekonomi nasional, kontribusi lebih dari 60% dari PDB dan 97% tenaga kerja.
BSI mencatat bahwa lebih dari 64% dari portofolio pendanaan MSME telah menggunakan skema jaminan, membuktikan efektivitas mekanisme ini untuk mencapai usaha mikro dan kecil yang tidak memiliki jaminan.
Lebih dari sekadar pembiayaan, BSI juga telah membangun ekosistem perluasan peluang dengan menciptakan pusat MSM di berbagai kota yang menyediakan pelatihan, konsultasi bisnis, promosi produk, dan melek keuangan berdasarkan Syariah.
“Transformasi MSM hanya dapat terjadi jika semua elemen ekosistem pembiayaan, jaminan dan peluang ekspansi berada dalam ritme dan stabil,” kata bayi.
Menurut Indonesia, Indonesia dijamin oleh KTT 2025 – sebuah forum strategis yang diselenggarakan Asipindo sebagai forum untuk kolaborasi, diskusi, dan inovasi untuk memperkuat garansi nasional.
Dengan topik peran bisnis jaminan dalam perluasan kemampuan MSM untuk implementasi ASTA CITA, forum ini mewakili pihak -pihak yang berkepentingan, regulator, lembaga keuangan, dan entitas UMKM untuk merumuskan strategi bersama untuk keuangan ekosistem yang inklusif, sehat, dan berkelanjutan. (Chi/jpnn)
Baca artikel lain … Sajikan Program Pemeriksaan Segitiga, Dexa Medica: Banyak anak muda memiliki kadar kolesterol tinggi