goyalorthodontics.com, Jakarta – International Amnesty International, yang disebut Hak Asasi Manusia di Dunia 2024/2025. Laporan ini menekankan melemahnya perlindungan hak asasi manusia, baik dalam hukum nasional maupun internasional.
Amnesty semakin mencatat pelanggaran besar -besaran, yang merupakan serangan terhadap aturan hukum, kebebasan berekspresi dan kebebasan berekspresi, penyalahgunaan teknologi terhadap hak asasi manusia, diskriminasi terhadap kelompok -kelompok minoritas, ketidakadilan manusia dan ketidaksetaraan sosial -ekonomis yang semakin tajam.
Baca Juga: Kunjungi Iptu Tomi Marbun, Ketua Komisi Hak Asasi Manusia KKB Papua
Fenomena ini terjadi di banyak negara, seperti Israel dan Myanmar, yang dituduh melakukan rasisme sistematis dan kejahatan perang di Ethiopia, Sudan dan Yaman.
Pelanggaran serius di Gaza dan Ukraina juga dilaporkan. Amnesty mengatakan setidaknya 21 negara mengajukan atau membahas undang -undang yang membatasi kebebasan berekspresi, kebebasan berekspresi dan kebebasan pers.
BACA JUGA: Anak -anak yang hilang di Pesanggrahan hampir 2 bulan, korban seolah -olah Anda diculik
Di Indonesia, laporan ini menekankan penguatan praktik otoriter oleh kekuatan hukum, kebebasan berekspresi dan pers, serta pelanggaran hak asasi manusia yang berkelanjutan, terutama Papua.
Amnesty juga menekankan penggunaan teknologi untuk pengawasan yang melanggar keterlibatan hukum, kelompok minoritas agama dan keterlibatan proyek pembangunan yang mengabaikan masyarakat, terutama masyarakat adat.
Baca Juga: Sahrin Hamid: Gerakan Orang Jakim Harus Mendukung Program Pramono Doel Prorakyat
“Jika penggunaan praktik otoriter tidak segera dihentikan, kita dapat memutar epidemi pelanggaran hak asasi manusia, yang tidak kita inginkan,” kata Amman Hamid, CEO Amnesty International Indonesia, ketika pada hari Selasa dalam sebuah laporan di Jakarta (29/4).
Di tingkat nasional, kasus Papuan adalah sertifikat utama, menyerang aturan hukum.
“Dari Aceha ke Papua, di luar hukum di luar hukum, itu selalu tampak berakar pada kekerasan ini. Pembunuhan di luar hukum tampaknya merupakan endemia yang adil di banyak daerah setiap tahun,” kata Nurina Savitri, kepala amnesti internasional Indonesia, Nurina Savitri.
Dia menekankan bahwa negara itu harus bertindak tegas. “Otoritas publik harus segera memeriksa semua pembunuhan di luar hukum, baik dengan peserta non -nasional, dan ke para pelaku untuk memberi mereka pengadilan,” katanya.
Amnesty mendaftarkan 39 pembunuhan dari hukum dari Januari 2024 hingga Desember di berbagai wilayah Indonesia, bersama dengan 39 korban, mayoritas dibuat oleh anggota Kepolisian Nasional dan TNI.
Sementara itu, sampai akhir Agustus 2024 ada 17 pembunuhan di luar hukum dengan 19 korban di PAPU.
Laporan ini juga menekankan reaksi represif dari peralatan terhadap kritik publik terhadap netralitas pemilu 2024. Pemerintah dimaksudkan untuk memantau dan membatasi siswa, aktivis, dan akademisi yang menyatakan keprihatinan tentang integritas pemilihan.
Ketegangan ini disebabkan oleh keputusan Mahkamah Konstitusi pada Oktober 2023, yang mengubah aturan pemilihan di antara fase pemilihan.
Keputusan itu menyerukan kritik luas dari negara dan sekitarnya, termasuk Komite Hak Asasi Manusia PBB. Kritik mengarah pada Presiden Joko Widodo, yang dianggap sebagai pengadilan konstitusional untuk mengucapkan selamat tinggal pada pencalonan putranya Gibran Rakabuming Rak, yang sebenarnya tidak sejalan dengan batas usia minimum untuk pencalonan dalam pemilihan.
“Manifestasi kritik pilihan adalah manifestasi yang valid. Ia harus menjamin. Partisipasi warga dalam pemilihan dengan integritas juga sangat penting. Oleh karena itu, pilihan 2024 adalah momen ujian utama dari tanggung jawab negara tersebut atas hak asasi manusia.
Dia menambahkan, meskipun negara Indonesia tidak dapat puas dengan hak asasi manusia pada tahun 2024, partainya masih akan memiliki suara, sehingga pemerintah baru menjadikan hak asasi manusia sebagai kunci untuk setiap kebijakan bahwa negara mengambil alih negara maupun internasional. (Tan/jpnn)
Baca artikel lain … Rayakan 70. Kaa, Usman Hamid dan The Blackstones memberikan album baru dengan kritik sosial