goyalorthodontics.com, jakarta.
Partisipasi pemerintah daerah yang tinggi dapat merugikan Program Esensial Prebian Esensial, seperti pasokan makanan, keamanan energi, koperasi merah dan putih dan nutrisi gratis.
Baca juga: Jawab kerja sama antara Kantor Jaksa Agung dan TNI, Institut Great Investigator: Anda harus menyesuaikan periode tersebut
Sebaliknya, pengembangan, yang merupakan pusat, seperti di era sebelumnya, terutama dalam dominasi kontrol anggaran pembangunan, tidak dapat membuat tujuan.
Dengan demikian, kesimpulan dari diskusi fokus kelompok (FGD), yang diselenggarakan oleh Grand Institute, dibaca oleh DR. Ketua Syahgada Nainggolan di Jakarta pada hari Senin (26.05.2012).
Baca Juga: Jaminan Jenderal Maruli
Acara ini diikuti oleh pakar otonomi regional Dr. Arief Adilah (Polytezian Polysyoman Indonesia), Dr. Tito untuk menyebar (LSM), Dr. Endang Yuniastuti (Kemeneaker), Riza Falepi (Ketua Pesenter Payakumbuh), Siswanto (ketua ketua Blorman D.Aporhy (Perencanaan Blorhampan), Siswanto (Wakil Ketua Perencanaan Blorman D.Anham), Siswanto (Wakil Ketua Blorman D.Apory D. Merdhani (LSM), Galanjinajinay Cornes (sebelumnya Ketum GMKI), Dr. Hefrizal Handra (Wakil Kanselir Universitas Andal) dan Bupati Lahat, Bupati Lahat, Bursah Zarnubi.
Acara dengan topik “mendorong kesetaraan dengan mengatur ulang hubungan antara wilayah pusat di era efisiensi anggaran” dibuka, Dr. Pabrik Arya.
Baca juga: Senator Darkil Linrung ingin memperkuat otonomi regional
Pada kesempatan pabrik Arya, langkah Prabow Subiano adalah konfirmasi pendiri bangsa.
Karena, menurut tanaman, pendiri bangsa, misalnya, dr. Mohammad Hatta dan Dr. Syahrir, percaya bahwa pembangunan hanya berhasil jika pembangunan regional dan pedesaan ditekankan.
Selain itu, tanaman tersebut menyatakan bahwa cita -cita pendiri bangsa adalah sosialisme demokratis, yang saat ini sedang dilakukan oleh Presiden Prabow Subiano.
“Era neo liberalisme telah ditinggalkan saat ini. Prabowo pro -pouzo,” pabrik itu menjelaskan.
Bursah Zarnubi, yang juga merupakan diskusi tentang diskusi tersebut, menyatakan laporan Prabow Subiano tentang para pemimpin regional para pemimpin regional beberapa waktu lalu bahwa program pengembangan harus 60% di tingkat kabupaten/kota, 20% provinsi dan 20% pusat.
Sayangnya, menurut Bursah, pusat ini masih di bawah kendali wilayah pembangunan.
“Kepalanya dibebaskan, tetapi ekornya diadakan,” kata Bursah.
Sementara itu, seorang dosen di Institute of State Administration Dr. Ratri menawarkan untuk tidak kembali ke era tengah.
“Jika pemilihan kepemimpinan regional diteruskan ke DPRD sebagai era terakhir, maka wanita akan dihapus,” katanya. (Jumat/JPNN)