JPNN.com, Jakarta – Manajer Sumatra Selatan (Sumatra Selatan) Herman Dero mengundang semua elemen untuk bekerja sama untuk mewujudkan visi dan misi kesejahteraan komunitas.
Read More : Suap Pengurusan TKA di Kemenaker, Sebanyak Ini Uang Terkumpul
Dia ditemukan oleh Herman Deru selama pertemuan koordinasi (pertemuan koordinasi) bersama dengan Wakil Gubernur (Wakil Gubernur) Cec Udjang dan jajaran organisasi regional aparatur (OPD), serta lembaga vertikal Griya Agung lainnya, yang secara resmi tinggal di Garean Lyaban.
Baca Juga: Pasar Pasar Renaissance, Anggaran Pemerintah Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan. 100 miliar
“Hari ini kita akan membawa frekuensi. Dalam kualitas anatomi kita (komposisi tubuh), ketika kita menjalankan pemerintahan di bagian selatan Sumatra. Gabungkan visi dan misi kita, yaitu gubernur sebagai perwakilan pemerintah pusat,” kata Herman Du.
Herman Deru menjelaskan bahwa dari reformasi 1998, nomenklatur kementerian selalu berubah setiap lima tahun, mengakibatkan mitranya berubah.
Baca juga: Indo -Grumicic Tening Wien Bio, Herman Deru: Mendukung Harmoni Antara Garis Mata Agama di bagian selatan Sumatra
Menurut Herman Dau, ini bukan masalah, tetapi persis seperti yang seharusnya menjadi jembatan informasi tentang kemitraannya.
Gubernur juga memiliki 2 peran utama (tugas), yaitu sebagai kepala wilayah otonom dan sebagai perwakilan pemerintah pusat yang bertanggung jawab atas koordinasi, bantuan dan pengawasan manajemen pemerintah di daerah tersebut.
Baca juga: Herman Deru Optimis Opula Donngrak Sumsell untuk peringkat produsen makanan nasional ketiga
“Jika Anda melihat dari struktur, segala sesuatu yang merupakan pertanyaan teritorial di daerah Sumatra selatan adalah tanggung jawab gubernur,” tambahnya.
Herman Dow juga setuju dengan Prabo Subiano bahwa orang harus mengurangi birokrasi dan menghapus segala sesuatu yang sudah lama sekali.
“Tolong, kantor OPD dan lembaga vertikal untuk tidak meninggalkan simbol budaya Sumatra selatan, karena ada aturan. Seperti pendakian dan seragam yang menekankan motif khas jaringan selatan Sumatra,” katanya.
Selain itu, untuk menggabungkan visi dan menyelaraskan frekuensi, ia menginginkan laporan rutin dari agen vertikal yang bukan internal (rahasia) dan dihancurkan oleh gubernur.
Ini adalah langkah bagi ketua regional jika ada masalah yang muncul ketika mengadopsi kebijakan pembangunan regional.
“Tidak ada lagi ego sektor. Anda tidak hanya menunggu untuk diminta,” katanya.
Dia menambahkan, berbicara tentang masalah Sumatra selatan, yang terdiri dari 17 bupati/kota, tetapi wilayah itu tidak sama, terutama potensi yang bahkan berbeda, bahkan masalah yang mereka hadapi.
“Ada masalah yang tidak memiliki kepengarangan, seperti pengeboran ilegal, misalnya, FGD terjadi ratusan kali. Dampak lingkungan yang disebabkan oleh tindakan ini sangat berbahaya, ekosistem rusak, yang, jika dibiarkan tanpa pengawasan, akan mempengaruhi dimulainya Sumatra selatan sebagai nutrisi nasional.
Adapun efisiensi, kata Herman Du, ia adalah salah satu gubernur yang tidak mencapai efektivitas sebagai hambatan bagi pembangunan.
“Jika ada konflik keuangan, dia meminta BPKP untuk dapat mengatasinya,” tambahnya.
Adapun manajemen aset, menurut Herman Du, beberapa dari mereka telah dipindahkan ke kementerian, beberapa mengelola komunitas. Tetapi yang lebih penting, terus, itu adalah dasar hukumnya yang harus disempurnakan.
“Ada juga kementerian yang tidak memiliki kantor regional di Sumatra selatan. Namun, ini seharusnya tidak menjadi hambatan,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Sekda Regional Sumatra Selatan S -L X Edward Candra MH mengumumkan bahwa biaya koordinasi ini adalah untuk meningkatkan koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat melalui lembaga vertikal untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat di wilayah tersebut.
“Gubernur, saat ini ada 34 agensi vertikal, 27 lembaga. Selain itu, ada 59 pusat untuk besar, pada waktu itu 20 pemimpin pusat dan OPD adalah 52 orang,” jelasnya.
Kepala Perencanaan Regional Sumatra Selatan (BAPI), Regina Ariyti, menjelaskan visi Presiden, yaitu, bersama dengan Indonesia ke depan ke Indonesia EMAS 2045.
Ada 8 prioritas nasional, 17 program kerja, 8 program menang cepat (hasil cepat terbaik), termasuk program makanan gratis (MBG).
“RPJMD 2025-2029 Sumatra Selatan, yaitu Sumatra Selatan, daya saing lanjutan, sadar akan orang-orang Sumatra selatan yang masuk akal, inovatif, moral. Kesadaran stabilitas ekonomi, realisasi hubungan yang kuat antara kedaulatan makanan dan keyoveri energi,” ia menjelaskan.
Dia menjelaskan bahwa ada 12 program prioritas Sumatra selatan, termasuk penerapan pelabuhan Palmbang, menerapkan 100.000 sultan muda di Sumatra selatan, koneksi Sumatra selatan.
“Kami telah membuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah sinkron,” kata Regina. (Mk/jpnn)