BNPB Sebut Kerugian Akibat Bencana Banjir di Jabodetabek Mencapai Rp 1,69 Triliun

Badan Manajemen Bencana Nasional (BNPB) mengatakannya dalam hari -hari yang panjang dari banjir dari Blic di JPN.com – Jakakarta – Jakakarta, Bogor, Dipok, Tanganang dan Bakasi (Jabodetabeck).

“Karena bencana ini, nilai total kerugian dan kerugian mencapai 1.699.670.076.814,” kata BNPB dalam sebuah pernyataan Kamis (3/27) di Jakakarta, kepala Pusat Informasi Bencana dan Pusat Komunikasi BNCB Abdul Muhari.

Baca juga: Mendistribusikan Bantuan untuk Bakat Paket Makanan untuk Penduduk Zombie Terkait Banjir

Berdasarkan hasil pengulangan BNPB, koordinasi Kementerian Pengembangan dan Budaya Manusia (Stone PMK), Jakakarta pada hari Kamis, membahas manajemen bencana jangka pendek dan mengurangi konferensi koordinasi kementerian.

“Jumlah ini mencerminkan dampak serius pada kehidupan masyarakat dalam infrastruktur, ekonomi dan daerah yang terkena dampak,” katanya.

BACA JUGA: LPKM University Bacra University Mindshare Meansshare, Jabodetabek membahas strategi bantuan bencana banjir

Dalam laporannya pada hari Minggu (2/3) pada hari Minggu (2/3) dan Senin (3/3), Jabodetabek menjelaskan dampak terbesar pada ekonomi dan kehidupan korban banjir.

BNPB mencatat kehilangan banjir terbesar di RP, Bakasi Regange. RP adalah 659,1 miliar dengan kerugian tambahan 20,9 miliar. Jadi, dampak total akan mencapai 680 miliar RP.

Baca juga: Bupati Sumedong Pemerintah mendistribusikan manajemen banjir Simangung. Tua

Ketika datang ke kota Bakasi, total PP mengalami kerugian terbesar tanpa melaporkan total PP 878,6 miliar.

Selain itu, untuk provinsi Jakakarta, total kerugian dan kerugian mencapai 1,92 miliar. Kemudian, Bogor Regange RP 96,7 miliar, Depok City Rp. 28,8 miliar.

Bahkan tanpa laporan penurunan nilai fisik, Thangejang Regence melaporkan kerugian 5,06 miliar hal. Kota Tandarang – Kota Tangerang Selatan tidak hanya melaporkan kerugian atau kerugian yang signifikan.

Menurut Muhari, kerusakan dan kerugian rumah memiliki dampak besar pada kelompok yang terkena dampak karena barang dan kebutuhan dasar, yang dipengaruhi oleh PP 1.344.732.352.500 kerusakan dan kehilangan nilai sektor perumahan.

Selain itu, infrastruktur mengalami kerugian 45.880 miliar pp, dan risikonya mencapai 110.111.582.000, sebagai akibat dari gangguan dengan akses ke transportasi dan bangunan publik. Dengan demikian, total kerugian sektor ini mencapai 155.997.582.000 pp.

Selain itu, sektor keuangan RP 130.275 miliar adalah nilai kerugian, dan kerugian 14.1511.000 rp juga dipengaruhi oleh hilangnya kegiatan ekonomi.

“Ini mencerminkan sebagai bencana banjir melukai infrastruktur fisik, tetapi juga mengganggu roda ekonomi masyarakat,” katanya.

Kemudian, kerugian sosial 36.786.198.314 RP, termasuk layanan kesehatan, gangguan pendidikan dan bantuan sosial untuk masyarakat yang terkena dampak. Kehilangan silang -tingkat dengan total kerugian 352.452.000 rp.

“Istilah ini memiliki aspek manajemen bencana yang berbeda, seperti administrasi, lingkungan dan lainnya,” katanya.

“Dengan nilai total kerugian dan kehilangan hampir 1,7 triliun rp, banjir Jabodetabek 2025 adalah salah satu bencana terbesar untuk pengaruh ekonomi dan sosial,” katanya.

Ini berlanjut, terutama semua pihak, terutama masyarakat, program pembangunan (RT/RW) harus dilihat secara serius dengan stabilitas lingkungan, karena disarankan untuk meningkatkan atau mempertahankan upaya untuk mencegah dampak bencana.

Dalam hal ini, BNPB telah berkontribusi pada implementasi kegiatan untuk Amandemen Cuaca (OMC) untuk mengendalikan keseriusan hujan di daerah yang terkena dampak, serta sebagai bagian dari upaya untuk membantu bencana masyarakat.

“BNPB telah memberikan bantuan logistik dan bantuan logistik dan bantuan logistik dan manajemen bencana Rp 8.225.706.356,” kata Abdul Muhari. (Antara/jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *