Jabnn.com, Jakarta – Ketua Sumatra Utara (PB IMSU) mengatakan partainya bertanggung jawab untuk memperkenalkan kesehatan, filosofi, dan tempat -tempat penting yang penting bagi siswa.
Dia mengatakan dalam proses pembakaran luka bakar (bicara, kritik dan stigma) dan hak untuk “memberantas energi atau risiko agama, Jakarta, Minggu (5/18).
Baca Juga: Selama Dialog Nasional di Jawa Timur, Senator Lia Rusfham telah menyentuh peran orang tua
Menurut LINGG, topik itu sengaja meningkat untuk menanggapi kekerasan dari pusat gerakan, khususnya penciptaan tindakan yang mengarah pada tindakan.
“PB IMSU percaya bahwa gerakan ini terus menjadi sensitif, masuk akal dan dikelola.
Baca Juga: BTN bersama dengan Kementerian PKP menyelenggarakan program sekunder program untuk 3 juta program lainnya
Sistem, kebijakan, hak asasi manusia dan hak asasi manusia di Hareda mengatakan diskusi ini adalah keputusan PB untuk melindungi bukti individu.
“Pada saat yang sama, memperkuat posisi gerakan sebagai institusi yang masuk akal yang mampu membuat yang aneh dan bertanggung jawab,” kata Emond.
Wakil Gubernur Departemen Luar Negeri Negara Bagian Indonesia Tengah (PP diwariskan, Dedi Sofan) warisan, meskipun protes dijamin oleh hukum Indonesia.
Dia juga ingat tindakan negatif yang dapat menyebabkan kejahatan dan bisa menjadi buruk untuk aktivitas sipil.
“Cakrawala adalah hukum konstitusional yang dijamin undang -undang, tetapi ketika kasus tersebut berubah pada cedera asing, cedera publik,” bukan dalam ketakutan.
“Hanya tindakan kriminal yang tidak dilanggar oleh hukum pidana, tetapi juga menjadi contoh buruk kerusakan pada wajah siswa dan aktivitas sipil yang bertarung dalam keadilan,” DDI.
Muhammad Shea Pranda, mahasiswa dari semua universitas agama Islam (Dema Ptkin), menekankan penggunaan kekerasan yang sebenarnya hanya menciptakan distorsi.
Perbandingan terkait dengan kecelakaan hari kerja internasional internasional pada 1 Mei 2025, beberapa anggota kerja telah melangkah ke parlemen Indonesia, yang mengarah pada kecelakaan dan kehancuran.
Sebaliknya, protes siswa di Hari Pendidikan Nasional 2025 dari Kementerian Pendidikan, Sains dan Teknologi dengan tenang memperkuat media dan menerima tanggapan yang baik dari kementerian.
“Demonstrasi harus dilakukan dengan wajar dan terukur. Ketika aksi berubah menjadi kekerasan, rasa media bergerak keluar dari sisi klub (MCR).