JPNN.com, Jakarta – Presiden Ekonom, Trimeegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian, mengevaluasi tanda tangan penandatanganan antara Bank Indonesia dan Bank Populer China (PBOC) sebagai cara untuk membangun kedaulatan ekonomi negara.
Read More : Perpaduan Kemewahan dan Petualangan di Natra Bintan, Cocok Buat Liburan Keluarga
Memorandum pemahaman bank sentral adalah penting dan strategi bagi administrasi Presiden Indonesia Prabo Subanto.
Baca Juga: BI Note 38,1 juta UMME -er menggunakan QRI pada kuartal pertama 2025
Dia mengutip bahwa โIni bukan hanya langkah teknokratis.
Saya menjelaskan, jadi PBOC bukan bank sentral biasa. Mereka menjalankan lebih dari 3 triliun cadangan mata uang, Pemimpin Yuan/RMBI -RMB Financing Road, dan menentukan tren pendanaan global dalam konteks inisiatif Belt and Road, dan mendorong sistem ekonomi alternatif melalui Sistem Paement Bank Cross -border (CIPS).
Baca Juga: Bi -Prediksi, Ritel, 8,3 %, Di Bawah Ramadhan dan Idulfitri
Menurut Fakhrul, Mou BI dan PBOC Brabus adalah cara yang ingin memastikan pembiayaan jangka panjang, meningkatkan resistensi eksternal dan mengurangi fublins luar rupee.
Ini akan mengarah pada pembangunan ekonomi yang tidak rentan terhadap etika pasar global.
Fakherul menambahkan pertemuan dengan Papo dan Perdana Menteri Tiongkok (PM), Lee Qiang menyarankan Indonesia baru dalam tahap ekonomi global.
Indonesia sangat baik sebagai arah strategis baru, yang merupakan jalur tengah dalam mode ekonomi bipolar yang berkembang.
Dia berkata, “Indonesia bukan musuh dolar, tetapi juga bukan dolar. Kami membuka diri untuk RMB, kami tidak menawarkan Beijing, tetapi untuk membentuk sistem yang lebih adil dan lebih ekonomi.
Kerjasama bilateral
Selain itu, Fazhol, kolaborasi antara BI dan Bank Sentral Tiongkok, melanjutkan momen perubahan dalam diplomasi Indonesia dan Cina, dari “diplomasi konkret” hingga “diplomasi modal”. Karena kerja sama Indonesia dan Cina sejauh ini lebih rentan terhadap pengembangan fisik, seperti jalan, pelabuhan dan kereta cepat.
Oleh karena itu, pertemuan Prabu dengan Lee Qiang adalah pembukaan jalur moneter, jalur modal dan jalur masa depan.
“Tetapi dengan pertemuan ini, kolaborasi di kelas meningkat terhadap diplomasi modal,” kata Fakherul. (Mcr10/jpnn)