goyalorthodontics.com, Jakarta – Universitas Tarumanagara (UNTAR) berpartisipasi dalam perayaan ke -66 Yayasan Tarumanagara melalui aktivitas bersama Batik dengan partisipasi dosen, mahasiswa, dan bakat khusus.
Acara berjudul “66, satu tahun kesempurnaan dan tidak hanya: Batik sebagai warisan budaya, menyadari integrasi ke dalam pekerjaan umum” terjadi di Graha Swara, kampus dan Untar pada hari Rabu (6/6/2025).
Baca Juga: Siswa Untar Belajar Langsung Dari Investor Lama di SIPM 2025
Kegiatan ini adalah bagian dari serangkaian perayaan peringatan ke -66 Yayasan Tarumanagara.
Rektor Untar Prof. Dr. Amad Sudiro, S.H., M.H., M.Kn., M.M., Cresent Batik dan Seni adalah acara pendukung untuk acara yang membawa nilai perilaku budaya serta integrasi.
Baca Juga: Wakil Menteri Pengakuan PPPA untuk Desain Ruang Asli dengan Indonesia Karya untar
Batik dipilih sebagai media utama karena ia mewakili warisan budaya yang penuh makna.
Setiap malam kain itu mengalahkan tidak hanya menghasilkan pola, tetapi juga untuk menjadi simbol penyatuan perbedaan dan jembatan antara orang -orang tanpa batasan.
Selain penciptaan Batik, acara ini juga dihidupkan kembali dari pertunjukan seni dan musik anak -anak berbakat khusus.
Penampilan mereka adalah bukti bahwa setiap orang, terlepas dari latar belakangnya, dapat bekerja dan menginspirasi.
Profesor Amad menghargai implementasi acara dan berharap bahwa kegiatan serupa akan terus terjadi di masa depan.
“Saya melihat bahwa kegiatan ini sangat positif. Selain menyediakan ruang bagi saudara -saudara muda khusus untuk bekerja dengan kami, fakta ini juga merupakan forum untuk pemeliharaan budaya Indonesia melalui seni Batik,” katanya dalam komentarnya.
Menteri Administrasi Yayasan Tarumanagara, Vedrch J. Kusnanto, S.Kom., M.M., juga menekankan pentingnya kebanggaan terhadap warisan budaya bangsa.
Menyebut kegiatan ini sebagai pengingat bahwa Batik adalah identitas nasional yang harus dipertahankan.
Vedrch berharap bahwa kegiatan dapat mendukung kesadaran kolektif bahwa membangun masa depan bangsa membutuhkan keberanian untuk mengadopsi keragaman.
“Mempertahankan warisan budaya dan menciptakan tempat integrasi untuk semua orang,” kata Vedrch. (JPNN) Apakah Anda pernah menonton film berikut?