Tradisi dan Religi Bersatu di Festival Tabuh Beduk Teluknaga ke-34

goyalorthodontics.com, Jakarta – Pembatalan bergema dari bidang telknag, yang mencerminkan semangat kolektif, energi tradisional dan nilai -nilai agama dalam liburan budaya yang hidup lebih dari tiga dekade.

34. Festival Pipat Beduck sekali lagi hadir sebagai dorongan penting untuk akar budaya dan memperkuat solidaritas sosial penduduk Telknage.

Baca Juga: Pemenang Festival Beduc menerima hadiah sebesar 15 juta IDRA

Membawa topik “dengan budaya, kita membangun masyarakat yang cerdas dan beragama,” festival ini menjadi lebih dari sekadar menyenangkan. Itu menjadi ruang untuk memenuhi ekspresi keagamaan dan melestarikan kebijaksanaan lokal yang tumbuh dalam kehidupan sehari -hari masyarakat.

Selama bertahun -tahun, festival ini telah dikonversi menjadi agenda tahunan yang berakar sebagai ikon budaya dan agama di Tangen. Ketahanannya tidak dapat dipisahkan dari kerja sama yang kuat antara pemerintah daerah dan sektor swasta, termasuk dukungan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari PIK2.

Baca I: Santri mendukung Ganjura untuk mengadakan festival Beduck dan Gema Takbir

Kegiatan kegiatan dimulai pada malam Iduladha dengan memilih Pentjuh Beduc, yang mengikuti karnaval lengkap dengan partisipasi dari 12 penduduk desa. Puncaknya berlangsung hidup di bidang Tunas Jay.

Sebanyak 19 tim dengan lebih dari 1.000 peserta dan menunjukkan kemampuannya, saksikan lebih dari 20.000 penduduk. Setiap ritme drum bukan hanya pembengkakan, tetapi juga simbol semangat kolektif, memberi dan nilai -nilai spiritual yang tumbuh bersama komunitas.

Baca I: Okinawa Pasir Putih Residences Pik 2, perumahan desain Jepang dengan fasilitas wisata

Sekretaris Regional Kabupaten Tangerang, Drs. H. Soma Aimaj, Mr, yang hadir untuk perwakilan Bupati, menyatakan rasa terima kasih yang tinggi atas upaya konservasi budaya ini.

“Kami akan terus mendukung kegiatan budaya, spiritual dan sosial budaya seperti ini,” katanya.

Dia menekankan festival ini dan menjadi bagian dari identitas penduduk teluknag, yang harus disatukan. Dukungan sektor swasta juga menerima reflektor positif.

Kepala teluknage, tersenyum, menyatakan terima kasih atas peran berbagai partai, terutama Pik2, yang tidak menjadi sponsor saja, tetapi juga memberikan kontribusi nyata untuk penyediaan tiket mati sebagai bentuk terima kasih agama.

Festival ini juga merupakan ruang untuk kerja sama bagi komunitas aktor artistik dan budaya. Presiden Budaya Tangerang Utara (Kastara), Alkahf Abdi Putra, mengatakan, “Kami dipersatukan untuk menjaga budaya”, pada saat yang sama menekankan pentingnya kerja sama timbal balik bagi tradisi kehidupan.

Dukungan serupa telah tiba dari aktor bisnis. Direktur Agung Senday Agung Seday, Ph.D. Ir H. REST MAHESA, MM, berharap festival ini terus terjadi dan membawa dampak positif yang tahan lama pada orang-orang di Regenz Telknaga dan Tangerang.

34. Festival Telukna Beduk bukan hanya acara tahunan, tetapi juga manifestasi yang larut dari cita -cita untuk pembangunan masyarakat yang harmonis, cerdas, dan religius. Di belakang ritme bubuk yang malam itu, harapan dipasang, sehingga generasi muda tidak melupakan warisan budayanya dan mendukung nilai -nilai agama dalam semangat Union.

Dengan sinergi antara sektor pemerintah, komunitas dan swasta, seperti CSR Ptai Pantai Indah Capuk Dua, TBK, festival ini menunjukkan bahwa konservasi budaya dapat berjalan di bawah pembangunan sosial. Bukti bahwa, di tengah aliran globalisasi yang cepat, identitas lokal dapat tetap teguh.

Festival ini bukan kompetisi yang kuat untuk kemenangan dalam drum, tetapi adegan untuk menunjukkan siapa yang paling tulus dalam mempertahankan harmoni, menjaga budaya dan nilai -nilai agama yang berkelanjutan. Di tengah -tengah kemajuan waktu, telual ditunjukkan: tradisi tidak boleh ditinggalkan, tetapi merayakan dan melanjutkan. (Jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *