Indonesia Siap Bangun PLTN, ITPLN Bentuk Lembaga Nuklir Bertaraf Internasional

JPNN.com, Yakarta – Indonesia semakin serius ketika memasuki era energi nuklir.

Read More : Kementan Gelar Forum Komunikasi Publik Penerbitan Standar Pelayanan Produk PSAT

Institut PLN (ITPLN) secara resmi membentuk lembaga penelitian internasional yang disebut Institut Global untuk Energi Nuklir dan Pembangunan Berkelanjutan (GINET).

Baca juga: Bos nuklir Rusia ingat Israel untuk tidak menyerang rencana Iran, sangat berbahaya.

Kehadiran lembaga adalah untuk mendukung percepatan penyeberangan energi bersih dan pengembangan pusat nuklir (PLTN) di negara ini.

ITPLN Chancellor, profesor Iva Garniva, mengatakan Ginst akan menjadi pusat ilmiah, serta jaringan global untuk kerja sama di bidang teknologi nuklir.

Baca Juga: Wakil Presiden MPR dan Pemimpin Parlemen Rusia Membahas Potensi Modular Pltn

Menurutnya, institusi itu dilahirkan untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia adegan energi bersih, yang sekarang bergerak cepat ke arah tujuan bersih emisi nol.

“Ginet akan menjadi pusat ilmiah dan kerja sama global di bidang teknologi nuklir, pada saat yang sama memperkuat posisi Indonesia di pasir jantung murni,” kata Iva dalam pernyataannya, Jumat (6/20).

Baca Juga: Legislator meminta Brin untuk melakukan studi yang komprehensif

Sebelumnya, pemerintah memasukkan pengembangan PLTN ke dalam rencana listrik Elektroprivreda (RUPTL) 2025-2034.

Untuk pertama kalinya, energi nuklir terlibat dalam peta jalan nasional dengan tujuan menambahkan kapasitas 500 megawatt (MV) selama periode itu.

Dalam jangka panjang, kapasitas diarahkan ke peningkatan 4000-4.300 mV, bahkan menggunakan teknologi reaktor modular kecil (SMR) dan reaktor mengambang.

PLTN diharapkan menjadi salah satu pohon keamanan energi Indonesia setelah pembatasan energi fosil.

Profesor Iva mengatakan Ginet akan fokus pada tujuh program utama.

Program utama termasuk memberikan kontribusi pada teknologi pemerintah, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (sumber daya manusia) dan memperkuat kerja sama global di sektor energi nuklir.

“Kita perlu masuk sebagai pemain utama energi masa depan,” katanya.

Selain itu, Ginet juga akan mengembangkan penelitian bahan bakar nuklir, pengelolaan limbah radioaktif dan membangun aliansi ilmiah di antara pendidikan tinggi.

Lembaga ini diharapkan menjadi integrasi motorik ekosistem nasional untuk mengeksplorasi sumber energi nuklir.

Sementara itu, direktur proyek terbarukan dan manajemen energi, Suroso Isnar, mengatakan bahwa Presiden Pubovo Subianto menekankan pentingnya penggunaan teknologi nuklir, tidak hanya untuk sektor pertahanan, tetapi juga energi, kesehatan, dan pertanian.

Menurut Suroso, pengembangan pembangkit nuklir membutuhkan komitmen nasional yang kuat, karena proyek ini panjang, ia dapat mencapai 100 tahun, dari perencanaan, konstruksi, operasi.

“Jika tujuan operasional adalah tahun 2034. Tahun, pra-covetrat harus dimulai tahun depan,” katanya.

Saat ini, teknologi pembangkit listrik tenaga energi nuklir di dunia menggunakan banyak sistem untuk reaktor tekanan (PVR).

Uranium gronules butiran ukuran satu sentimeter mampu menghasilkan energi setara 1 ton batubara.

Makanan hanya boleh dilakukan setiap 1,5 hingga 2 tahun.

Sedangkan untuk pertunjukan, PLTN memiliki banyak jalur karbon yang lebih rendah dari tanaman fosil.

Suroso mengatakan bahwa pertunjukan PLTN hanya sekitar 0-12 gram CO2 per kilio-choir (KVH), secara signifikan di bawah PLTU superkritis yang mencapai 870 gram CO2 per kWh.

Demikian pula, Presiden Ginst ITPLN Agus Puji Puji Powino telah menilai bahwa pengembangan PLTN adalah solusi strategis dalam penyeberangan energi.

Selain kebutuhan subsidi, PLTN penting untuk mengimplementasikan kedaulatan energi nasional dan mendukung tujuan nol bersih dari target 2060 tahun.

Agus menyatakan bahwa Indonesia menyerang pembangunan sekitar 200 unit PLTN pada tahun 2050. Karena alasan ini, kapasitas sumber daya manusia di sektor nuklir harus diperkuat.

“Itu berarti kita benar -benar perlu menyiapkan sumber daya manusia dan teknologi. Kita tidak dapat bergantung pada semua pembangkit listrik tenaga nuklir dari luar,” katanya.

Ginet, Continuo Agus, akan fokus pada pelatihan sumber daya manusia, pengembangan teknologi inovasi dan persiapan rekomendasi kebijakan energi nasional. (Mcr4 / jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *