JPNN.com, Yogyakarta-PT Telkom Indonesia (Persero) TBK atau Telkom melalui Program untuk Tanggung Jawab Sosial dan Ekologis (TJSL) telah mengulangi komitmennya terhadap pendidikan integratif oleh I-Chaat 2.0 (saya dapat mendengarkan dan berbicara), sebuah platform bahasa isyarat digital yang dikembangkan terutama untuk anak-anak dengan ketidakmampuan dan pidato.
Read More : Bagikan 60 Sapi, SBY dan AHY Hadiri Langsung Pemotongan Hewan Kurban di DPP Partai Demokrat
Kegiatan ini berlangsung dalam promosi Pelatihan Pembelajaran Digital Indonesia (IDL) di Yogyakarta, di mana lebih dari 100 guru dari beberapa sekolah luar biasa lokal (SLB) ambil bagian.
Baca juga: Telkom menawarkan dukungan untuk akses cepat ke internet di SMK Bacti Idhata
Nama I-Chat itu sendiri adalah singkatan untuk “Saya dapat mendengarkan dan berbicara”, yang mencerminkan semangat integratif, yang bahkan dapat didengar atau dibicarakan setiap anak secara umum, dapat berkomunikasi, belajar, dan tumbuh dengan percaya diri.
Read so: Telkom Admits Thousands of Digital Talents Ready to Work Through the President to Say Connect (From Left To Right) of the PSLD Uny Prof. Dr. Ishartiwi, GM Witel Yogya Central Java Agus Faisal, Deputy Director of the Financing Chancellor Uny, Dr. Lantip Diato Proasojo, Director of the Director of the Director of the Director of the Director of the Directorate of the Directorate of the Directorate of Academic and Student dan siswa, siswa, siswa, siswa, siswa, siswa, siswa, siswa, siswa, siswa, siswa. M.Pd. dan Sekretaris Manajemen untuk Akademisi, Masalah Mahasiswa dan Alumni Dr. Iis Prasetyo, M. M. Pada acara pelatihan pembelajaran digital Indonesia (IDL), yang berlangsung di Yogyakarta dari 25 hingga 26 Juni
I-Bat 2.0 adalah hasil dari pengembangan versi pertama yang telah tersebar dalam 15 tahun terakhir.
I-chaat dengan versi terbaru dari situs web sekarang mudah digunakan dan diakses oleh semua orang.
Baca Juga: Telkom Direktur Baru dan Program 100 Hari Kerja Bisa Menjadi Menjadi Pemain Dunia
I-Chaat 2.0 dilengkapi dengan beberapa fungsi yang sangat baik, mis. B. Kamus dengan video tanda visual, fitur olahraga untuk mengatur doa secara mandiri satu sama lain, untuk membentuk mandor yang menawarkan ruang diskusi di antara pengguna lain.
SGM Social Responsif Telkom Hery Susanto via I-Chaat 2.0, Telkom, ingin memastikan bahwa transformasi digital berada di sebelah nilai-nilai kemanusiaan.
“Kami percaya bahwa semua anak, termasuk mereka yang memiliki hambatan komunikasi, memiliki hak untuk memiliki akses ke pendidikan berkualitas tinggi. Ini adalah bagian dari komitmen Telkom untuk mendukung pencapaian SDG 4 dan menciptakan masa depan yang lebih integratif melalui teknologi yang signifikan,” kata Hery Susanto dalam penjelasannya (Kamis 6/26).
I-Bat 2.0 dapat dipelajari sebagai reaksi nyata terhadap tantangan komunikasi dan akses yang merupakan siswa tuli dan cacat suara.
Platform ini memungkinkan guru SLB dengan bantuan visual, video gambar berbasis SIBI (sistem sinyal Indonesia) dan alat bantu pembelajaran lainnya untuk dapat mengakses dan memberikan topik.
Dalam kegiatan ini, guru SLB diundang untuk menguji fungsi I-BAT 2.0 secara langsung, bertukar informasi dan untuk merancang bagaimana mereka diintegrasikan ke dalam pelajaran harian di sekolah.
Uy Plld Sekretaris Hanya Azizah, Ph.D. Yogyakarta dari 25 hingga 26 Juni 2025. Foto: Dokumentasi Telkom
Platform I-Chaat 2.0 saat ini mengambil alih sistem SIBI (sinyal Indonesia) sebagai standar, karena SIBI sering digunakan dalam SLB dalam pembelajaran formal.
Namun, Telkom juga membuka ruang pengembangan jangka panjang, termasuk integrasi Bisindo (bahasa isyarat Indonesia) sebagai bahasa alami dari komunitas tunarungu.
Kehadiran I-Chaat 2.0 tidak hanya akan membawa karakteristik terbaru ke pasar, tetapi juga simbol bagi langkah-langkah spesifik Telkom untuk menyajikan inovasi yang mencakup semua anak-anak di negara ini.
“Di masa depan kami berharap bahwa I-Chaat 2.0 dapat meningkatkan inklusi bagi orang-orang dengan kecacatan tuli dan kecacatan suara untuk menghadapi tantangan komunikasi dan akses ke pembelajaran,” kata Hery Susanto. (MRK/JPNN)